Proses pembuahan di luar (external fertilization) adalah proses bertemunya sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina di luar tubuh induknya. Dalam proses pembuahan di luar, hewan jantan mengeluarkan sel-sel sperma di luar tubuh dan hewan betina mengeluarkan sel-sel telurnya juga di luar tubuh. Dengan demikian, kemungkinan kegagalan proses pembuahan di luar tubuh sangat besar karena di luar tubuh banyak sekali gangguan, antara lain, pengaruh arus air, dimakan hewan lain, atau membusuk sebelum terjadi pembuahan. Proses pembuahan di luar terjadi pada katak dan ikan.
Katak melakukan proses perkawinan di dalam air. Saat musim pembiakan tiba, katak jantan dan betina menuju ke air, katak betina mencari tempat yang berair tenang dan mengeluarkan sel telurnya di situ. Katak jantan merapatkan tubuhnya pada katak betina dan mengeluarkan sel sperma di dekat tempat sel-sel telur yang dikeluarkan oleh katak betina. Dalam kondisi yang demikian, terjadilah peleburan antara sel telur dengan sel sperma. Sel telur dan sel sperma yang dikeluarkan oleh katak-katak tersebut berjumlah sangat banyak sebagai upaya melestarikan jenisnya. Banyaknya gangguan dari luar menyebabkan tidak semua telur yang telah berhasil dibuahi menetas dan tumbuh menjadi katak dewasa.
Proses pembuahan di dalam (internal fertilization) adalah peristiwa bertemunya sel telur dengan sel sperma yang berlangsung di dalam tubuh induk betina. Hal ini, di antaranya terjadi pada kucing.
Pada saat terjadi perkawinan, seekor kucing jantan menggunakan penis untuk memasukkan sel sperma ke dalam tubuh kucing betina melalui lubang vagina. Sel sperma yang masuk ke dalam saluran kelamin kucing betina tersebut menuju ke saluran telur dan bertemu dengan sel telur yang telah masak sehingga terjadi pembuahan. Jumlah sel telur yang dibuahi oleh sel sperma pada kucing bisa lebih dari satu sehingga terbentuknya embrio juga lebih dari satu.
Proses pembuahan di luar dapat dibedakan tnenjadi dua, yaitu pembuahan luar secara acak dan pembuahan luar di dalam sarang. Pada pembuahan di luar secara acak, telur dan sperma dilepaskan kedalam air di sembarang tempat. Telur dan sperma yang dihasilkan sangat banyak karena banyak sperma yang gagal menemukan telur. Sedangkan pada proses pembuahan luar di dalam sarang, kemungkinan terjadinya pembuahan lebih besar.
Pada pembuahan di dalam, pertemuan sel telur dan sperma terjadi di dalam tubuh induk betina. Caranya, induk jantan memasukkan spermanya ke dalam tubuh induk betina. Meskipun sel telur yang dihasilkan oleh induk betina sedikit, atau kadang-kadang hanya satu, kemungkinan terjadi pembuahan sangat besar, karena sel telur dan sperma berada dalam ruang yang terbatas.
Dari kedua proses pembuahan di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembuahan di luar lebih besar kemungkinan kegagalannya dibandingkan dengan proses pembuahan di dalam. Hal ini karena proses pembuahan di dalam lebih aman dibandingkan dengan proses pembuahan di luar. Namun, kemampuan menghasilkan sel telur yang siap dibuahi pada hewan yang melakukan proses pembuahan di dalam tidak sebanyak pada hewan yang melakukan proses pembuahan di luar.
Kamis, 12 Mei 2016
Pengertian Mutasi Spontan dan Mutasi Buatan
Mutasi spontan adalah perubahan yang terjadi secara alamiah atau dengan sendirinya. Diduga faktor penyebabnya adalah panas, radiasi sinar kosmis, batuan radioaktif, sinar ultraviolet, radiasi dan ionisasi internal mikroorganisme, dan kesalahan ADN dalam metabolisme.
Sifat-sifat yang diwariskan oleh mutasi alam umumnya resesif, serta merugikan mutasi sendiri dan keturunannya. Umumnya mutasi ini bersifat letal. Mutan yang dapat bertahan hidup adalah mutan yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Hal inilah yang menyebabkan terbentuknya varietas baru.
Mutan tidak selalu berubah menjadi spesies baru. Akan tetapi, kalau mutan tersebut terus mengalami mutasi dan menghasilkan turunan yang adaptif dengan lingkungan maka pada suatu ketika akan dihasilkan turunan yang sifatnya sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya. Turunan baru ini akan mewariskan sifat barunya kepada keturunannya.
Bisa jadi genotip dan fenotip mengalami perubahan yang besar jika dibandingkan dengan fenotip dan genotip nenek moyangnya. Dihasilkannya turunan baru melalui proses mutasi ini, merupakan salah satu mekanisme evolusi.
Mutasi Buatan
Mutasi buatan adalah mutasi yang disebabkan oleh usaha manusia, antara lain dengan:
a. pemakaian bahan radioaktif untuk diagnosis, terapi, deteksi suatu penyakit, sterilisasi, dan pengawetan makanan,
b. penggunaan senjata nuklir,
c. penggunaan roket dan televisi, dan
d. pemakaian bahan kimia, fisika, dan biologi.
Mutasi oleh aktivitas manusia seperti tersebut di atas umumnya menghasilkan mutan yang tidak menguntungkan. Umumnya mutan bersifat resesif dan letal.
Para biologiwan menyadari bahwa sifat organisme dikendalikan oleh gen yang tersimpan dalam lokus kromosom. Perubahan susunan kimia gen/kromosom dapat menyebabkan terjadinya mutasi.
Dilandasi akan hal tersebut, para biologiwan berusaha mengubah-ubah jumlah struktur dari gen-gen/kromosom organisme. Dengan harapan diperoleh organisme varietas baru yang memiliki sifat yang diinginkan. Inilah yang menjadi landasan lahirnya rekayasa genetika.
Penemuan bibit varietas unggul merupakan aplikasi dari peinanfaatan mutasi organisme tersebut.
Sifat-sifat yang diwariskan oleh mutasi alam umumnya resesif, serta merugikan mutasi sendiri dan keturunannya. Umumnya mutasi ini bersifat letal. Mutan yang dapat bertahan hidup adalah mutan yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Hal inilah yang menyebabkan terbentuknya varietas baru.
Mutan tidak selalu berubah menjadi spesies baru. Akan tetapi, kalau mutan tersebut terus mengalami mutasi dan menghasilkan turunan yang adaptif dengan lingkungan maka pada suatu ketika akan dihasilkan turunan yang sifatnya sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya. Turunan baru ini akan mewariskan sifat barunya kepada keturunannya.
Bisa jadi genotip dan fenotip mengalami perubahan yang besar jika dibandingkan dengan fenotip dan genotip nenek moyangnya. Dihasilkannya turunan baru melalui proses mutasi ini, merupakan salah satu mekanisme evolusi.
Mutasi Buatan
Mutasi buatan adalah mutasi yang disebabkan oleh usaha manusia, antara lain dengan:
a. pemakaian bahan radioaktif untuk diagnosis, terapi, deteksi suatu penyakit, sterilisasi, dan pengawetan makanan,
b. penggunaan senjata nuklir,
c. penggunaan roket dan televisi, dan
d. pemakaian bahan kimia, fisika, dan biologi.
Mutasi oleh aktivitas manusia seperti tersebut di atas umumnya menghasilkan mutan yang tidak menguntungkan. Umumnya mutan bersifat resesif dan letal.
Para biologiwan menyadari bahwa sifat organisme dikendalikan oleh gen yang tersimpan dalam lokus kromosom. Perubahan susunan kimia gen/kromosom dapat menyebabkan terjadinya mutasi.
Dilandasi akan hal tersebut, para biologiwan berusaha mengubah-ubah jumlah struktur dari gen-gen/kromosom organisme. Dengan harapan diperoleh organisme varietas baru yang memiliki sifat yang diinginkan. Inilah yang menjadi landasan lahirnya rekayasa genetika.
Penemuan bibit varietas unggul merupakan aplikasi dari peinanfaatan mutasi organisme tersebut.
Pengertian Mutagen
Mutagen adalah bahan kimia, faktor fisik (radiasi, suhu), dan lain-lain yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi.
a. Bahan Fisika Penyebab Mutasi
Sinar kosmos, sinar ultraviolet, suhu tinggi, serta radiasi berenergi tinggi seperti sinar X, sinar gamma (y) dapat meningkatkan frekuensi mutasi. Hal yang sama juga terjadi pada penggunaan partikel berenergi tinggi seperti partikel a dan neutron. Sinar-sinar berenergi tinggi tersebut pada umumnya menyebabkan terjadinya reaksi pengionisasi. Sinar matahari yang tidak terlindung oleh lapisan ozon juga dapat mengakibatkan mutasi, terutama sinar ultravioletnya. Jika sinar ultraviolet yang terlalu kuat mengenai kulit maka dapat menyebabkan mutasi pada sel-sel kulit yang dapat menimbulkan kanker kulit.
b. Bahan Kimia Penyebab Mutasi
1) Pestisida, seperti DDT dan BHC.
2) Agen Alkilase, seperti mustard, dimetil, dan dimetilsulfat. Etet mulan sulfat, dapat memberikan gugus alkil yang bereaksi dengan gugus fosfat dari ADN yang dapat mengganggu replikasi ADN.
3) Asam nitrit menyebabkan deaminasi adenin, guanin, dan sitosin yang ada pada ADN.
4) Hidrosil amino (NH2OH) merupakan mutagen pada bakteriofage yang dapat menyerang sitosin ADN dan urasil pada ARN.
Substansi kimia seperti gas metan (CH4), kafein, methanol, digitonin, sitokimin, kolkisin, nikotin, serta bahan pewarna makanan dan minuman juga bersifat mutagenik. Zat digitonin dan kolkisin dapat menghambat pembentukan benang spindel dari mikrotubulus pada fase anafase dari mitosis maupun meiosis. Akibatnya pergerakan kromatid ke kutub-kutub sel terhambat, sehingga terjadilah poliploidi.
c. Bahan Biologi Penyebab Mutasi
Bangsa virus dan bakteri diduga dapat menyebabkan terjadinya mutasi. Tidak kurang dari 20 macam virus dapat menimbulkan kerusakan kromosom. Bagian dari virus yang mampu mengadakan mutasi adalah asam nukleatnya, yaitu ADN.
a. Bahan Fisika Penyebab Mutasi
Sinar kosmos, sinar ultraviolet, suhu tinggi, serta radiasi berenergi tinggi seperti sinar X, sinar gamma (y) dapat meningkatkan frekuensi mutasi. Hal yang sama juga terjadi pada penggunaan partikel berenergi tinggi seperti partikel a dan neutron. Sinar-sinar berenergi tinggi tersebut pada umumnya menyebabkan terjadinya reaksi pengionisasi. Sinar matahari yang tidak terlindung oleh lapisan ozon juga dapat mengakibatkan mutasi, terutama sinar ultravioletnya. Jika sinar ultraviolet yang terlalu kuat mengenai kulit maka dapat menyebabkan mutasi pada sel-sel kulit yang dapat menimbulkan kanker kulit.
b. Bahan Kimia Penyebab Mutasi
1) Pestisida, seperti DDT dan BHC.
2) Agen Alkilase, seperti mustard, dimetil, dan dimetilsulfat. Etet mulan sulfat, dapat memberikan gugus alkil yang bereaksi dengan gugus fosfat dari ADN yang dapat mengganggu replikasi ADN.
3) Asam nitrit menyebabkan deaminasi adenin, guanin, dan sitosin yang ada pada ADN.
4) Hidrosil amino (NH2OH) merupakan mutagen pada bakteriofage yang dapat menyerang sitosin ADN dan urasil pada ARN.
Substansi kimia seperti gas metan (CH4), kafein, methanol, digitonin, sitokimin, kolkisin, nikotin, serta bahan pewarna makanan dan minuman juga bersifat mutagenik. Zat digitonin dan kolkisin dapat menghambat pembentukan benang spindel dari mikrotubulus pada fase anafase dari mitosis maupun meiosis. Akibatnya pergerakan kromatid ke kutub-kutub sel terhambat, sehingga terjadilah poliploidi.
c. Bahan Biologi Penyebab Mutasi
Bangsa virus dan bakteri diduga dapat menyebabkan terjadinya mutasi. Tidak kurang dari 20 macam virus dapat menimbulkan kerusakan kromosom. Bagian dari virus yang mampu mengadakan mutasi adalah asam nukleatnya, yaitu ADN.
Pengertian gen
Gen adalah substansi hereditas berupa suatu kesatuan kimia yang berfungsi untuk mengatur perkembangan dan metabolisme individu dan menyampaikan informasi genetik dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Gen sebagai suatu kesatuan kimia sifatnya mantap walaupun mengalami proses pewarisan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Meskipun demikian, pada jangka waktu tertentu karena pengaruh berbagai faktor bisa saja kesatuan kimia tersebut mengalami perubahan. Perubahan kesatuan kimia gen ini menyebabkan berubahnya sifat makhluk hidup yang bersifat menurun. Peristiwa ini disebut mutasi. Individu yang mengalami mutasi disebut mutan, dan penyebab mutasi gen disebut mutagen.
Peristiwa mutasi tersebut mempunyai sifat:
a. jarang terjadi pada proses biasa dari replikasi ADN,
b. tidak ada cara untuk mengetahui manakah gen yang akan mengalami mutasi pada suatu sel atau dalam suatu generasi,
c. munculnya secara bebas.
Mutasi gen merupakan peristiwa yang terjadinya secara kemungkinan, sukar diamati, dan jarang terlihat. Hal itu disebabkan oleh sebagai berikut.
a. Gen yang mengalami mutasi dalam satu individu tidak menonjolkan diri karena jurnlah gen yang terdapat dalam satu individu banyak sekali.
b. Gen yang mengalami mutasi bersifat letal sehingga gejala mutasi tidak dapat diamati sebab individu segera mati sebelum dewasa.
c. Gen yang mengalami mutasi umumnya bersifat resesif sehingga dalam keadaan heterozigot tidak akan terlihat.
Macam-Macam Mutasi
Berdasarkan bagian yang bermutasi, mutasi dapat dibedakan menjadi dua.
1. Mutasi besar (gross mutation), yaitu mutasi yang ditandai dengan perubahan jumlah kromosom dan perubahan struktur atau urutan susunan ADN pada kromosom. Mutasi seperti itu sering disebut mutasi kromosom atau aberasi kromosom.
2. Mutasi kecil (mutasi titik = point mutation), yaitu perubahan yang terjadi pada susunan kimia molekul ADN atau gen. Karena itu, mutasi itu disebut juga mutasi gen.
Peristiwa mutasi tersebut mempunyai sifat:
a. jarang terjadi pada proses biasa dari replikasi ADN,
b. tidak ada cara untuk mengetahui manakah gen yang akan mengalami mutasi pada suatu sel atau dalam suatu generasi,
c. munculnya secara bebas.
Mutasi gen merupakan peristiwa yang terjadinya secara kemungkinan, sukar diamati, dan jarang terlihat. Hal itu disebabkan oleh sebagai berikut.
a. Gen yang mengalami mutasi dalam satu individu tidak menonjolkan diri karena jurnlah gen yang terdapat dalam satu individu banyak sekali.
b. Gen yang mengalami mutasi bersifat letal sehingga gejala mutasi tidak dapat diamati sebab individu segera mati sebelum dewasa.
c. Gen yang mengalami mutasi umumnya bersifat resesif sehingga dalam keadaan heterozigot tidak akan terlihat.
Macam-Macam Mutasi
Berdasarkan bagian yang bermutasi, mutasi dapat dibedakan menjadi dua.
1. Mutasi besar (gross mutation), yaitu mutasi yang ditandai dengan perubahan jumlah kromosom dan perubahan struktur atau urutan susunan ADN pada kromosom. Mutasi seperti itu sering disebut mutasi kromosom atau aberasi kromosom.
2. Mutasi kecil (mutasi titik = point mutation), yaitu perubahan yang terjadi pada susunan kimia molekul ADN atau gen. Karena itu, mutasi itu disebut juga mutasi gen.
Pemanfaatan Pengetahuan Mutasi
Di zaman modern ini banyak orang yang tidak sadar, bahwa dalam kesehariannya banyak bergumul dengan faktor-faktor mutagenik, misalnya bahan obat-obatan, pengawet dan pewarna makanan, sinar ultraviolet dari sinar matahari dan lain-lain. Radiasi sebagai akibat peledakan bom nuklir, reaktor nuklir, kendaraan bertenaga nuklir, serta sampah radioaktif merupakan penyebab mutasi yang efeknya sangat membahayakan manusia. Berbagai penyakit seperti kanker diduga diakibatkan mutasi gen/kromosom karena pengaruh faktor tersebut.
Walaupun individu mutan pada umumnya letal, namun tidak sedikit manfaat mutagen untuk menghasilkan individu mutan yang bermanfaat bagi manusia. Zat-zat kimia seperti digitonin dan kolkisin banyak digunakan untuk mendapatkan benih yang bersifat poliploidi. Mutan yang bersifat poliploidi umumnya bersifat unggul, seperti produksinya tinggi, buahnya tidak berbiji besar, dan lain-lain.
Sinar radioaktif, misalnya sinar X dan sinar y juga banyak digunakan untuk meradiasi benih dalam usaha mendapatkan mutan unggul.
Penggunaan sinar radioaktif ini dapat menimbulkan ionisasi pada sel-sel jaringan tubuh. Hal serupa juga dapat terjadi pada ADN. Jika ADN banyak mengandung atom-atom yang terionisasi dapat menjadikan gen atau ADN lebih, yang akhirnya mengalami perubahan susunan kimianya maupun fungsinya. Jika gen/ADN yang mengalami perubahan ini terjadi pada sel gamet, manifestasi perubahannya dapat diamati pada generasi berikutnya. Dilandasi pengetahuan inilah para ilmuwan menggunakan sinar X, sinar y, dan lain-lain sebagai mutagen.
Mutasi pada sel-sel generatif karena radiasi umumnya bersifat letal atau mati sebelum atau sesaat setelah lahir. Untuk itu pembuatan mutan unggul perlu digunakan intensitas sinar pengion seoptimal mungkin dan dilakukan pada benih yang besar jumlahnya.
Radiasi sinar pengion juga dapat mengakibatkan aberasi kromosom yang berupa fusi dan fisi. Fusi artinya dua kromosom menggabung menjadi satu, sedangkan fisi berarti satu kromosom dapat terpotong menjadi dua atau lebih. Jika terjadi pada sel generatif dan mutan yang dihasilkan tidak mati maka individu mutan tersebut dapat mewariskan sifat-sifat barunya ke generasi berikutnya.
Beberapa ilmuwan yang mengadakan penelitian tentang mutasi antara lain sebagai berikut.
a. Hugo de Vries
Hugo de Vries adalah orang Belanda yang memperkenalkan istilah dan teori mutagen dengan menerbitkan buku The Mutagen Theory pada tahun 1901.
Teori mutasi Hugo de Vries muncul pada saat melakukan percobaan dengan objek kembang pukul empatnya (Oenothera lamarckiana). Saat itu Hugo de Vries hanya dapat melihat pada perubahan fenotipnya. Sifat yang berubah itu diwariskan terus kepada generasi berikutnya. Berdasarkan hasil percobaannya, Hugo de Vries membuat batasan mengenai variasi genetis dan variasi lingkungan. Dalam hal ini, menurut Hugo, variasi genetis terjadi karena perbedaan pasangan alela-alela yang bersifat menurun dan konstan, sedangkan variasi lingkungan tidak bersifat menurun dan tidak konstan.
b. Herman J. Muller
Herman J. Muller berasal dari Amerika Serikat, mengadakan penelitian pada Drosophila dengan mutagen sinar X. Oleh karena itu, Herman J. Muller merupakan orang pertama yang memperkenalkan terjadinya induksi mutasi (mutasi buatan) yang disebabkan oleh zat radioaktif.
c. Morgan
Morgan mengadakan penelitian ilmiah tahun 1910 dengan menggunakan Drosophila melanogaster (lalat buah). Ia menemukan adanya drosophila jantan bermata putih di antara individu-individu jantan lainnya yang bermata merah. Penemuan mutan mata putih pada drosophila tersebut diikuti terus-menerus oleh para saintis lainnya melalui penelitian yang intensif.
Akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya mutasi ada bermacam-macam. Kalau mutasi terjadi pada sel soma (sel vegetatif) dapat menimbulkan terjadinya kanker. Kalau terjadinya pada sel generatif dapat menyebabkan terjadinya mutasi gamet yang diwariskan. Umumnya mutan yang dihasilkan bersifat merugikan, misalnya letal ataupun mati sebelum mencapai dewasa.
Mutasi yang menyebabkan kematian merupakan usaha alam untuk menjaga keseimbangan genetika dalam suatu populasi. Apabila mutasi terjadi pada sel soma dari janin maka dapat menyebabkan teratogen (cacat sejak lahir).
Mutasi yang berjalan terus-menerus dari generasi ke generasi mengakibatkan munculnya varietas baru yang memiliki perbedaan sifat dengan nenek moyangnya. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya proses evolusi.
Walaupun individu mutan pada umumnya letal, namun tidak sedikit manfaat mutagen untuk menghasilkan individu mutan yang bermanfaat bagi manusia. Zat-zat kimia seperti digitonin dan kolkisin banyak digunakan untuk mendapatkan benih yang bersifat poliploidi. Mutan yang bersifat poliploidi umumnya bersifat unggul, seperti produksinya tinggi, buahnya tidak berbiji besar, dan lain-lain.
Sinar radioaktif, misalnya sinar X dan sinar y juga banyak digunakan untuk meradiasi benih dalam usaha mendapatkan mutan unggul.
Penggunaan sinar radioaktif ini dapat menimbulkan ionisasi pada sel-sel jaringan tubuh. Hal serupa juga dapat terjadi pada ADN. Jika ADN banyak mengandung atom-atom yang terionisasi dapat menjadikan gen atau ADN lebih, yang akhirnya mengalami perubahan susunan kimianya maupun fungsinya. Jika gen/ADN yang mengalami perubahan ini terjadi pada sel gamet, manifestasi perubahannya dapat diamati pada generasi berikutnya. Dilandasi pengetahuan inilah para ilmuwan menggunakan sinar X, sinar y, dan lain-lain sebagai mutagen.
Mutasi pada sel-sel generatif karena radiasi umumnya bersifat letal atau mati sebelum atau sesaat setelah lahir. Untuk itu pembuatan mutan unggul perlu digunakan intensitas sinar pengion seoptimal mungkin dan dilakukan pada benih yang besar jumlahnya.
Radiasi sinar pengion juga dapat mengakibatkan aberasi kromosom yang berupa fusi dan fisi. Fusi artinya dua kromosom menggabung menjadi satu, sedangkan fisi berarti satu kromosom dapat terpotong menjadi dua atau lebih. Jika terjadi pada sel generatif dan mutan yang dihasilkan tidak mati maka individu mutan tersebut dapat mewariskan sifat-sifat barunya ke generasi berikutnya.
Beberapa ilmuwan yang mengadakan penelitian tentang mutasi antara lain sebagai berikut.
a. Hugo de Vries
Hugo de Vries adalah orang Belanda yang memperkenalkan istilah dan teori mutagen dengan menerbitkan buku The Mutagen Theory pada tahun 1901.
Teori mutasi Hugo de Vries muncul pada saat melakukan percobaan dengan objek kembang pukul empatnya (Oenothera lamarckiana). Saat itu Hugo de Vries hanya dapat melihat pada perubahan fenotipnya. Sifat yang berubah itu diwariskan terus kepada generasi berikutnya. Berdasarkan hasil percobaannya, Hugo de Vries membuat batasan mengenai variasi genetis dan variasi lingkungan. Dalam hal ini, menurut Hugo, variasi genetis terjadi karena perbedaan pasangan alela-alela yang bersifat menurun dan konstan, sedangkan variasi lingkungan tidak bersifat menurun dan tidak konstan.
b. Herman J. Muller
Herman J. Muller berasal dari Amerika Serikat, mengadakan penelitian pada Drosophila dengan mutagen sinar X. Oleh karena itu, Herman J. Muller merupakan orang pertama yang memperkenalkan terjadinya induksi mutasi (mutasi buatan) yang disebabkan oleh zat radioaktif.
c. Morgan
Morgan mengadakan penelitian ilmiah tahun 1910 dengan menggunakan Drosophila melanogaster (lalat buah). Ia menemukan adanya drosophila jantan bermata putih di antara individu-individu jantan lainnya yang bermata merah. Penemuan mutan mata putih pada drosophila tersebut diikuti terus-menerus oleh para saintis lainnya melalui penelitian yang intensif.
Akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya mutasi ada bermacam-macam. Kalau mutasi terjadi pada sel soma (sel vegetatif) dapat menimbulkan terjadinya kanker. Kalau terjadinya pada sel generatif dapat menyebabkan terjadinya mutasi gamet yang diwariskan. Umumnya mutan yang dihasilkan bersifat merugikan, misalnya letal ataupun mati sebelum mencapai dewasa.
Mutasi yang menyebabkan kematian merupakan usaha alam untuk menjaga keseimbangan genetika dalam suatu populasi. Apabila mutasi terjadi pada sel soma dari janin maka dapat menyebabkan teratogen (cacat sejak lahir).
Mutasi yang berjalan terus-menerus dari generasi ke generasi mengakibatkan munculnya varietas baru yang memiliki perbedaan sifat dengan nenek moyangnya. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya proses evolusi.
Mutasi kromosom
Mutasi kromosom tertentu dapat mempengaruhi kerja beberapa gen yang berakibat lebih nyata pada fenotip individu daripada oleh perubahan gen. Mutasi kromosom sebagian besar diakibatkan oleh kesalahan dalam meiosis dan sedikit dalam mitosis. Misalnya perubahan kombinasi kromosom, pindah silang, dan gagal berpisah.
Mutasi kromosom atau aberasi kromosom (mutasi besar) dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu perubahan set (aneuploidi), perubahan pergandaan (aneusomi), dan kerusakan kromosom.
1. Perubahan Set (Aneuploidi)
Perubahan set (aneuploidi) adalah perubahan pada jumlah n-nya. Keadaan aneuploidi pada hewan dan tumbuhan banyak ditemui pada hewan invertebrata dan tanaman perdu, tomat, jeruk, apel, dan bit gula. Menurut kejadiannya aneuploidi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a. Autopoliploidi, yaitu genom (n) mengganda sendiri. Hal ini, dapat terjadi karena gangguan meiosis.
b. Allopoliploidi terjadi karena hibrid antara spesies yang set kromosomnya berbeda.
Yang termasuk aneuploidi adalah monoploid (n), triploid (3n), dan tetraploid (4n). Individu dengan 3n atau lebih biasa disebut poliploid.
Perubahan set ini dapat dibuat dengan cara menghambat perpisahan kromosom. Usaha-usaha yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
a. Induksi Kolkisin. Kolkisin adalah sejenis zat yang dapat menghalangi pembentukan gelendong pembelahan dan merintangi terjadinya anafase sehingga kromatid yang terbentuk tidak berpisah ke kutub yang berseberangan.
b. Pada jagung dapat dilakukan dengan menggunakan suhu tinggi.
c. Pada tomat dapat dilakukan dengan dekapitasi, yaitu dengan memotong tunas. Dari bekas potongan ini akan timbul kumpulan sel dengan 4n. Apabila dibiarkan, kumpulan sel ini akan tumbuh tunas yang mengandung populasi sel 4n yang selanjutnya dapat dibiakkan secara generatif.
Lain halnya dengan tumbuhan dan hewan, aneuploidi pada manusia dapat terjadi pada peristiwa digini dan diandri. Digini adalah dua inti sel telur yang tetap terlindung satu plasma dibuahi oleh satu sperma, sedangkan diandri adalah satu sel telur yang dibuahi oleh dua sperma. Diandri sering terjadi pada peristiwa terlambatnya pembuahan, sedangkan digini dapat terjadi karena kegagalan sel kutub (polosit) memisah. Orang yang mengalami aneuploidi umumnya berumur pendek.
Selain terjadi pada dua peristiwa yang telah disebutkan, peristiwa aneuploidi juga dapat terjadi pada sel-sel soma yang mengalami kanker.
2. Perubahan Pergandaan (Aneusomi)
Pada umumnya sel soma memiliki 2n kromosom. Namun, tidak sedikit organisme yang mempunyai susunan kromosom yang pergandaannya tidak benar, sehingga jumlah kromosomnya menjadi lebih atau kurang dari jumlah normal.
Aneusomi dapat terjadi karena beberapa hal, di antaranya:
a. anafase lag, yaitu peristiwa tidak melekatnya kromatid pada gelendong pada proses anafase miosis I, dan
b. nondisjungsi, yaitu peristiwa gagal berpisahnya kromosom homolog pada proses anafase dari meiosis.
Makhluk aneusomi dapat hidup sehat sampai dewasa, jika kromosom yang kurang atau lebih tidak begitu besar peranannya dan tidak mengandung gen yang berperan vital, atau fungsi gen tersebut dapat digantikan oleh gen yang lain pada kromosom lain.
Peristiwa aneusomi juga terjadi pada manusia. Beberapa peristiwa aneusomi antara lain sebagai berikut.
a. Sindrom Turner
Orang yang mengalami pengurangan pada kromosom Y-nya sehingga mempunyai kariotip 22AA + XO. Orang yang mengalami sindrom Turner berkelamin wanita tetapi ovariumnya tidak tumbuh. Peristiwa ini sering disebut ovaricular disgenesis.
b. Sindrom Klinefelter
Orang yang mengalami sindrom Klinefelter mempunyai kariotip 2n + 1 (22AA + XXY = 47). Jadi lebih pada kromosom kelaminnya, kelainan kromosom model ini ditemukan oleh H.F. Klinefelter. Trisomi terjadi pada gonosom. Penderita penyakit ini ada yang disebut testicular disgenesis karena testis tidak tumbuh, sehingga tidak mampu menghasilkan sel sperma (Aspermia) yang mengakibatkan kemandulan, ada juga yang disebut gynaecomastis karena payudara tumbuh, tetapi kelaminnya dikenal sebagai pria.
c. Sindrom Edwards
Orang yang mengalami kelainan sindrom Edwards mempunyai kariotip 2n + 1 (45A + XX atau 45A + XY). Susunan kromosomnya mengalami trisomi pada autosom mungkin pada kromosom nomor 16, 17, atau 18. Ciri-ciri penderita Edwards adalah tengkorak lonjong, dada pendek lebar, telinga rendah dan tak wajar.
d. Sindrom Patau
Orang yang mengalami kelainan sindrom Patau mempunyai kariotip 2n + 1, (45A + XX atau 45A + XY). Susunan kromosomnya mengalami trisomi pada autosomnya mungkin kromosom nomor 13, 14, atau 15.
e. Sindrom Down
Orang yang mengalami kelainan sindrom Down mempunyai kariotip 2n + 1, (45A + XX atau 45A + XY). Susunan kromosomnya mengalami trisomi pada autosom yaitu kromosom nomor 21. Penderita penyakit ini disebut Mongolisme karena bermata sipit, kaki pendek, dan berjalan agak lambat.
3. Kerusakan Kromosom
Kerusakan kromosom terjadi karena perubahan jumlah, letak, atau susunan gen-gen di dalam kromosom. Perubahan ini, terjadi karena sebagian benangnya lepas, berpilin, melekat kembali dengan letak terbalik, dan sebagainya.
Kerusakan kromosom dapat dibedakan menjadi beberapa macam.
a. Inversi
Inversi ialah perubahan urutan letak gen dalam suatu kromosom. Inversi dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan letak sentromer pada saat terjadinya inversi, yaitu inversi perisentrik dan inversi parasentrik.
b. Duplikasi dan Delesi
Duplikasi dan delesi terjadi karena suatu kromosom patah, lalu patahannya melekat kembali, tetapi ke kromosom homolognya. Oleh karena itu, dari sepasang kromosom homolog yang satu akan kekurangan sebagian gennya. Peristiwa ini disebut delesi. Sedangkan, kromosom homolog pasangannya mengalami kelebihan gen, disebut duplikasi.
Contoh kelainan pada manusia yang disebabkan oleh peristiwa delesi adalah Sindrom cri du chat. Pada Sindrom cri du chat, delesi terjadi pada lengan pendek kromosom nomor 5(B). Gejala-gejala yang terjadi adalah pita suara sempit dan epiglotis melengkung. Kelainan yang tampak, adalah waktu bayi baru lahir, misalnya suara tangisnya mirip dengan suara kucing. Keadaan ini bisa berubah, suara akan menjadi baik. Apabila bayi hidup terus akan memiliki kelainan muka bundar, kepala lebar, micrognathia (mandibula kecil), hypertelorism (lebar antara bagian-bagian atau alat tubuh tidak normal), lemah mental, mengidap kelainan jantung, dan pertumbuhan terlambat.
Ibu (I-2) fenotip normal tetapi memiliki translokasi resiprok pada kromosom 5 dan 13. Salah satu anak perempuannya (II-3) memiliki kromosom normal; dua anak perempuannya (II-2) dan (II-5) memiliki segmen ekstra kromosom (duplikasi), satu anak laki-laki (II-1) dan satu anak perempuannya (II-4) menderita sindrom cri du chat (delesi).
c. Translokasi
Translokasi terjadi jika suatu kromosom patah dan patahan ini melekat ke kromosom yang bukan homolog dengan kromosom induk. Peristiwa translokasi membentuk kromosom baru. Dan peristiwa ini dapat menimbulkan semisteril, yakni separo zigot tak terjadi.
d. Katenasi
Katenasi adalah kromosom homolog yang ujungnya saling berdekatan, sehingga membentuk lingkaran.
Selain 4 penyebab tersebut, kerusakan kromosom dapat pula terjadi karena beberapa peristiwa berikut ini:
a. fusion dan fision,
b. pindah silang (crossing over).
Mutasi kromosom atau aberasi kromosom (mutasi besar) dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu perubahan set (aneuploidi), perubahan pergandaan (aneusomi), dan kerusakan kromosom.
1. Perubahan Set (Aneuploidi)
Perubahan set (aneuploidi) adalah perubahan pada jumlah n-nya. Keadaan aneuploidi pada hewan dan tumbuhan banyak ditemui pada hewan invertebrata dan tanaman perdu, tomat, jeruk, apel, dan bit gula. Menurut kejadiannya aneuploidi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a. Autopoliploidi, yaitu genom (n) mengganda sendiri. Hal ini, dapat terjadi karena gangguan meiosis.
b. Allopoliploidi terjadi karena hibrid antara spesies yang set kromosomnya berbeda.
Yang termasuk aneuploidi adalah monoploid (n), triploid (3n), dan tetraploid (4n). Individu dengan 3n atau lebih biasa disebut poliploid.
Perubahan set ini dapat dibuat dengan cara menghambat perpisahan kromosom. Usaha-usaha yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
a. Induksi Kolkisin. Kolkisin adalah sejenis zat yang dapat menghalangi pembentukan gelendong pembelahan dan merintangi terjadinya anafase sehingga kromatid yang terbentuk tidak berpisah ke kutub yang berseberangan.
b. Pada jagung dapat dilakukan dengan menggunakan suhu tinggi.
c. Pada tomat dapat dilakukan dengan dekapitasi, yaitu dengan memotong tunas. Dari bekas potongan ini akan timbul kumpulan sel dengan 4n. Apabila dibiarkan, kumpulan sel ini akan tumbuh tunas yang mengandung populasi sel 4n yang selanjutnya dapat dibiakkan secara generatif.
Lain halnya dengan tumbuhan dan hewan, aneuploidi pada manusia dapat terjadi pada peristiwa digini dan diandri. Digini adalah dua inti sel telur yang tetap terlindung satu plasma dibuahi oleh satu sperma, sedangkan diandri adalah satu sel telur yang dibuahi oleh dua sperma. Diandri sering terjadi pada peristiwa terlambatnya pembuahan, sedangkan digini dapat terjadi karena kegagalan sel kutub (polosit) memisah. Orang yang mengalami aneuploidi umumnya berumur pendek.
Selain terjadi pada dua peristiwa yang telah disebutkan, peristiwa aneuploidi juga dapat terjadi pada sel-sel soma yang mengalami kanker.
2. Perubahan Pergandaan (Aneusomi)
Pada umumnya sel soma memiliki 2n kromosom. Namun, tidak sedikit organisme yang mempunyai susunan kromosom yang pergandaannya tidak benar, sehingga jumlah kromosomnya menjadi lebih atau kurang dari jumlah normal.
Aneusomi dapat terjadi karena beberapa hal, di antaranya:
a. anafase lag, yaitu peristiwa tidak melekatnya kromatid pada gelendong pada proses anafase miosis I, dan
b. nondisjungsi, yaitu peristiwa gagal berpisahnya kromosom homolog pada proses anafase dari meiosis.
Makhluk aneusomi dapat hidup sehat sampai dewasa, jika kromosom yang kurang atau lebih tidak begitu besar peranannya dan tidak mengandung gen yang berperan vital, atau fungsi gen tersebut dapat digantikan oleh gen yang lain pada kromosom lain.
Peristiwa aneusomi juga terjadi pada manusia. Beberapa peristiwa aneusomi antara lain sebagai berikut.
a. Sindrom Turner
Orang yang mengalami pengurangan pada kromosom Y-nya sehingga mempunyai kariotip 22AA + XO. Orang yang mengalami sindrom Turner berkelamin wanita tetapi ovariumnya tidak tumbuh. Peristiwa ini sering disebut ovaricular disgenesis.
b. Sindrom Klinefelter
Orang yang mengalami sindrom Klinefelter mempunyai kariotip 2n + 1 (22AA + XXY = 47). Jadi lebih pada kromosom kelaminnya, kelainan kromosom model ini ditemukan oleh H.F. Klinefelter. Trisomi terjadi pada gonosom. Penderita penyakit ini ada yang disebut testicular disgenesis karena testis tidak tumbuh, sehingga tidak mampu menghasilkan sel sperma (Aspermia) yang mengakibatkan kemandulan, ada juga yang disebut gynaecomastis karena payudara tumbuh, tetapi kelaminnya dikenal sebagai pria.
c. Sindrom Edwards
Orang yang mengalami kelainan sindrom Edwards mempunyai kariotip 2n + 1 (45A + XX atau 45A + XY). Susunan kromosomnya mengalami trisomi pada autosom mungkin pada kromosom nomor 16, 17, atau 18. Ciri-ciri penderita Edwards adalah tengkorak lonjong, dada pendek lebar, telinga rendah dan tak wajar.
d. Sindrom Patau
Orang yang mengalami kelainan sindrom Patau mempunyai kariotip 2n + 1, (45A + XX atau 45A + XY). Susunan kromosomnya mengalami trisomi pada autosomnya mungkin kromosom nomor 13, 14, atau 15.
e. Sindrom Down
Orang yang mengalami kelainan sindrom Down mempunyai kariotip 2n + 1, (45A + XX atau 45A + XY). Susunan kromosomnya mengalami trisomi pada autosom yaitu kromosom nomor 21. Penderita penyakit ini disebut Mongolisme karena bermata sipit, kaki pendek, dan berjalan agak lambat.
3. Kerusakan Kromosom
Kerusakan kromosom terjadi karena perubahan jumlah, letak, atau susunan gen-gen di dalam kromosom. Perubahan ini, terjadi karena sebagian benangnya lepas, berpilin, melekat kembali dengan letak terbalik, dan sebagainya.
Kerusakan kromosom dapat dibedakan menjadi beberapa macam.
a. Inversi
Inversi ialah perubahan urutan letak gen dalam suatu kromosom. Inversi dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan letak sentromer pada saat terjadinya inversi, yaitu inversi perisentrik dan inversi parasentrik.
b. Duplikasi dan Delesi
Duplikasi dan delesi terjadi karena suatu kromosom patah, lalu patahannya melekat kembali, tetapi ke kromosom homolognya. Oleh karena itu, dari sepasang kromosom homolog yang satu akan kekurangan sebagian gennya. Peristiwa ini disebut delesi. Sedangkan, kromosom homolog pasangannya mengalami kelebihan gen, disebut duplikasi.
Contoh kelainan pada manusia yang disebabkan oleh peristiwa delesi adalah Sindrom cri du chat. Pada Sindrom cri du chat, delesi terjadi pada lengan pendek kromosom nomor 5(B). Gejala-gejala yang terjadi adalah pita suara sempit dan epiglotis melengkung. Kelainan yang tampak, adalah waktu bayi baru lahir, misalnya suara tangisnya mirip dengan suara kucing. Keadaan ini bisa berubah, suara akan menjadi baik. Apabila bayi hidup terus akan memiliki kelainan muka bundar, kepala lebar, micrognathia (mandibula kecil), hypertelorism (lebar antara bagian-bagian atau alat tubuh tidak normal), lemah mental, mengidap kelainan jantung, dan pertumbuhan terlambat.
Ibu (I-2) fenotip normal tetapi memiliki translokasi resiprok pada kromosom 5 dan 13. Salah satu anak perempuannya (II-3) memiliki kromosom normal; dua anak perempuannya (II-2) dan (II-5) memiliki segmen ekstra kromosom (duplikasi), satu anak laki-laki (II-1) dan satu anak perempuannya (II-4) menderita sindrom cri du chat (delesi).
c. Translokasi
Translokasi terjadi jika suatu kromosom patah dan patahan ini melekat ke kromosom yang bukan homolog dengan kromosom induk. Peristiwa translokasi membentuk kromosom baru. Dan peristiwa ini dapat menimbulkan semisteril, yakni separo zigot tak terjadi.
d. Katenasi
Katenasi adalah kromosom homolog yang ujungnya saling berdekatan, sehingga membentuk lingkaran.
Selain 4 penyebab tersebut, kerusakan kromosom dapat pula terjadi karena beberapa peristiwa berikut ini:
a. fusion dan fision,
b. pindah silang (crossing over).
Mutasi kecil (mutasi gen)
Mutasi kecil atau mutasi gen terjadi pada susunan molekul ADN-nya bukan pada lokus atau bagian lain dari kromosom. Perlu kita ingat kembali bahwa setiap ADN tersusun atas empat macam nukleotida, yang masing-masing tersusun dari gugus fosfat, gugus pentosa (deoksiribosa) dan satu dari empat macam basa nitrogen Adenin (A), Guanin (G), Sitonin (S), atau Timin (T).
Di dalam setiap molekul ADN, jumlah molekul A = T, dan G = S. Molekul T dan S berbentuk cincin tunggal (pirimidin) dan berukuran lebih kecil, sedangkan A dan G berbentuk cincin ganda (purin) molekulnya berukuran lebih besar. Jumlah keempat macam basa nitrogen tidak sama banyak. Di antara spesies yang satu dengan spesies lainnya, jumbh keempat basa nitrogen tersebut juga berbeda.
Berdasarkan hal-hal itu maka perubahan sifat kimia ADN terjadi apabila:
a. jumlah basa nitrogennya berubah, misalnya karena penyisipan (penambalan, duplikasi, dan pengurangan),
b. macam basa nitrogennya berbeda,
c. letak urutan basa nitrogen berubah.
Karena gen dibangun oleh substansi kimia yang disebut ADN maka perubahan ADN merupakan perubahan gen, atau mutasi gen. Mutasi gen dapat mengakibatkan perubahan sifat/karakter yang tampak (fenotip) individu yang bersangkutan.
Kalau mutasi tersebut terjadi pada sel tubuh (soma) maka perubahan sifat tersebut hanya akan diwarisi oleh sel anak. Tetapi, jika mutasi terjadi pada sel gamet maka perubahan sifat akan diwariskan kepada keturunannya.
Beberapa contoh mutasi gen.
a. HNO2 bereaksi dengan adenin
Jika HNO2 bereaksi dengan adenin akan membentuk zat baru yang disebut hipoxanthine. Zat baru ini, menempati kedudukan adenin asli dan berpasangan dengan sitosin, bukan lagi dengan timin.
b. HbA dan HbS
Perbedaan antara HbA (hemoglobin normal) dan HbS (hemoglobin sabit) terletak pada satu asam amino. HbA yang berantai B urutan nomor 6 mengandung asam glutanat, sedangkan pada HbS diganti oleh valin.
c. Deaminasi
Deaminasi spontan sitosin menghasilkan urasil. Deaminasi pada setiap lima metil sitosin menghasilkan timin.
Di dalam setiap molekul ADN, jumlah molekul A = T, dan G = S. Molekul T dan S berbentuk cincin tunggal (pirimidin) dan berukuran lebih kecil, sedangkan A dan G berbentuk cincin ganda (purin) molekulnya berukuran lebih besar. Jumlah keempat macam basa nitrogen tidak sama banyak. Di antara spesies yang satu dengan spesies lainnya, jumbh keempat basa nitrogen tersebut juga berbeda.
Berdasarkan hal-hal itu maka perubahan sifat kimia ADN terjadi apabila:
a. jumlah basa nitrogennya berubah, misalnya karena penyisipan (penambalan, duplikasi, dan pengurangan),
b. macam basa nitrogennya berbeda,
c. letak urutan basa nitrogen berubah.
Karena gen dibangun oleh substansi kimia yang disebut ADN maka perubahan ADN merupakan perubahan gen, atau mutasi gen. Mutasi gen dapat mengakibatkan perubahan sifat/karakter yang tampak (fenotip) individu yang bersangkutan.
Kalau mutasi tersebut terjadi pada sel tubuh (soma) maka perubahan sifat tersebut hanya akan diwarisi oleh sel anak. Tetapi, jika mutasi terjadi pada sel gamet maka perubahan sifat akan diwariskan kepada keturunannya.
Beberapa contoh mutasi gen.
a. HNO2 bereaksi dengan adenin
Jika HNO2 bereaksi dengan adenin akan membentuk zat baru yang disebut hipoxanthine. Zat baru ini, menempati kedudukan adenin asli dan berpasangan dengan sitosin, bukan lagi dengan timin.
b. HbA dan HbS
Perbedaan antara HbA (hemoglobin normal) dan HbS (hemoglobin sabit) terletak pada satu asam amino. HbA yang berantai B urutan nomor 6 mengandung asam glutanat, sedangkan pada HbS diganti oleh valin.
c. Deaminasi
Deaminasi spontan sitosin menghasilkan urasil. Deaminasi pada setiap lima metil sitosin menghasilkan timin.
Teori Perubahan Sosial
Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli sosiologi untuk menjelaskan terjadinya perubahan dan dinamika dalam masyarakat.
a. Teori Evolusi (Evolutio-nary Theory)
Perubahan karena evolusi manusia (seperti teori Darwin) memengaruhi cara pengorganisasian masyarakat, terutama hubungan kerjanya. Masyarakat sederhana yang mempunyai hubungan erat dan kooperatif berubah menjadi masyarakat besar dengan hubungan yang terspesialisasi dan impersonal. Perubahan yang terjadi juga tidak selamanya membawa kemajuan. Pemikir utama teori ini adalah Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies.
b. Teori Konflik (Conflict Theory)
Teori ini berpendapat bahwa konflik selalu ada dalam masyarakat. Perubahan sosial disebabkan oleh konflik kelas antara kelompok tertindas dan kelompok penguasa. Pemikiran Karl Marx dan Ralf Dahrendorf paling berpengaruh dalam teori ini.
c. Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)
Teori ini membahas cara lembaga sosial memenuhi kebutuhan sosial, terutama stabilitas sosial. Salah satunya dikemukakan oleh William Ogburn tentang kejutan budaya (culture shock).
d. Teori Siklis (Cyclical Theory)
Dikemukakan oleh Oswald Spengler dan Arnold Toynbee. Menurut teori ini, perubahan sosial merupakan suatu siklus. Jadi, ada suatu masa ketika masyarakat masih muda (peradaban baru mulai), masyarakat yang dewasa (masa jayanya), dan diakhiri dengan masa tua (kemunduran masyarakat sampai hilangnya peradaban). Perubahan ini diakibatkan oleh tantangan yang muncul, baik dari dalam maupun dari luar. Jika dapat mengatasinya, suatu masyarakat akan bertahan dan berkernbang menjadi maju. Jika tidak, masyarakat akan mengalami kemunduran dan akhirnya punah.
a. Teori Evolusi (Evolutio-nary Theory)
Perubahan karena evolusi manusia (seperti teori Darwin) memengaruhi cara pengorganisasian masyarakat, terutama hubungan kerjanya. Masyarakat sederhana yang mempunyai hubungan erat dan kooperatif berubah menjadi masyarakat besar dengan hubungan yang terspesialisasi dan impersonal. Perubahan yang terjadi juga tidak selamanya membawa kemajuan. Pemikir utama teori ini adalah Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies.
b. Teori Konflik (Conflict Theory)
Teori ini berpendapat bahwa konflik selalu ada dalam masyarakat. Perubahan sosial disebabkan oleh konflik kelas antara kelompok tertindas dan kelompok penguasa. Pemikiran Karl Marx dan Ralf Dahrendorf paling berpengaruh dalam teori ini.
c. Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)
Teori ini membahas cara lembaga sosial memenuhi kebutuhan sosial, terutama stabilitas sosial. Salah satunya dikemukakan oleh William Ogburn tentang kejutan budaya (culture shock).
d. Teori Siklis (Cyclical Theory)
Dikemukakan oleh Oswald Spengler dan Arnold Toynbee. Menurut teori ini, perubahan sosial merupakan suatu siklus. Jadi, ada suatu masa ketika masyarakat masih muda (peradaban baru mulai), masyarakat yang dewasa (masa jayanya), dan diakhiri dengan masa tua (kemunduran masyarakat sampai hilangnya peradaban). Perubahan ini diakibatkan oleh tantangan yang muncul, baik dari dalam maupun dari luar. Jika dapat mengatasinya, suatu masyarakat akan bertahan dan berkernbang menjadi maju. Jika tidak, masyarakat akan mengalami kemunduran dan akhirnya punah.
Proses Disosiatif (Opposition Processes)
Proses disosiatif disebut pula proses oposisi. Oposisi dapat diartikan cara yang bertentangan dengan seseorang ataupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Proses disosiatif dapat dibedakan menjadi tiga bentuk sebagai berikut.
a. Persaingan (competition)
Persaingan merupakan suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingan terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya terbatas atau menjadi pusat perhatian umum. Misalnya, ribuan remaja bersaing untuk masuk dalam 12 besar penyanyi idola.
Persaingan dilakukan dengan norma dan nilai yang diakui bersama dan berlaku pada masyarakat tersebut. Kecil kemungkinan, persaingan menggunakan kekerasan atau ancaman. Dengan kata lain, persaingan dilakukan secara sehat atau sportif. Misalnya, dalam sepak bola dikenal istilah fair play.
Persaingan yang disertai dengan kekerasan, ancaman, atau keinginan untuk merugikan pihak lain dinamakan persaingan tidak sehat. Tindakan seperti itu bukan lagi persaingan tetapi sudah menjurus pada permusuhan atau persengketaan.
Apa pun hasil dari suatu persaingan akan diterima dengan kepala dingin tanpa ada rasa dendam sedikitpun. Sejak awal, masing-masing pihak yang bersaing menyadari akan ada yang menang dan kalah.
Contoh:
• Dalam bidang ekonomi: persaingan antara produsen barang sejenis dalam merebut pasar yang terbatas.
• Dalam hal kedudukan: persaingan untuk menduduki jabatan strategis.
• Dalam kebudayaan: persaingan dalam penyebaran ideologi, pendidikan, dan unsur-unsur kebudayaan lainnya.
Persaingan memiliki beberapa fungsi berikut ini.
1) Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut dipenuhi, padahal sulit dipenuhi semuanya secara serentak.
2) Menyalurkan kepentingan serta nilai-nilai dalam masyarakat, terutama kepentingan dan nilai yang menimbulkan konflik.
3) Menyeleksi individu yang pantas memperoleh kedudukan serta peran yang sesuai dengan kemampuannya.
b. Kontravensi
Kontravensi merupakan proses sosial yang ditandai oleh adanya ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan yang tidak diungkapkan secara terbuka. Kontravensi adalah sikap menentang secara tersembunyi, agar tidak sampai terjadi perselisihan atau konflik secara terbuka. Penyebab kontravensi antara lain adalah perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dengan pendirian kalangan lainnya dalam masyarakat, atau bisa juga dengan pendiriki keseluruhan masyarakat.
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, terdapat lima bentuk kontravensi sebagai berikut.
1) Kontravensi umum.
Misalnya: penolakan, keengganan, perlawanan, protes, gangguan, mengancam pihak lawan.
2) Kontravensi sederhana. Misalnya: menyangkal pernyataan orang di depan umum.
3) Kontravensi intensif. Misalnya: penghasutan, penyebaran desas-desus.
4) Kontravensi rahasia. Misalnya: pembocoran rahasia, khianat.
5) Kontravensi taktis. Misalnya: mengejutkan pihak lawan, provokasi, dan intimidasi.
c. Pertikaian
Pertikaian merupakan proses sosial bentuk lanjut dari kontravensi. Dalam pertikaian, perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena semakin tajamnya perbedaan antara kalangan tertentu dalam masyarakat.
Kondisi semakin tajamnya perbedaan mengakibatkan amarah, rasa benci yang mendorong tindakan untuk melukai, menghancurkan, atau menyerang pihak lain. Jadi, pertikaian muncul apabila individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau tujuannya dengan jalan menentang pihak lain lewat ancaman atau kekerasan.
d. Konflik
Pengertian konflik yang paling sederhana adalah saling memukul (configere). Namun, konflik tidak hanya berwujud pertentangan fisik semata. Dalam definisi yang lebih luas, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih ketika pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Sebagai proses sosial, konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan yang agaknya sulit didamaikan atau ditemukan kesamaannya. Perbedaan tersebut antara lain menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, dan keyakinan.
Konflik merupakan situasi wajar dalam setiap masyarakat. Bahkan, tidak ada satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik. Tiap masyarakat pasti pernah mengalami konflik, baik itu konflik dalam cakupan kecil ataupun konflik berskala besar. Konflik dalam cakupan kecil misalnya konflik dalam keluarga, konflik dengan teman, konflik dengan atasan, dan sebagainya. Sedangkan, konflik dalam cakupan besar misalnya konflik antargolongan atau antarkampung.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat adalah sebagai berikut.
1) Perbedaan individu, berupa perbedaan pendirian dan perasaan.
2) Perbedaan latar belakang kebudayaan, sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda-beda pula. Seseorang sedikit banyak akan terpcngaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya.
3) Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, bisa menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial.
4) Perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Menurut de Moor, konflik dalam masyarakat terjadi jika para anggotanya secara besar-besaran membiarkan diri dibimbing oleh tujuan-tujuan (nilai-nilai) yang bertentangan.
Menurut Dahrendorf, pembagian konflik adalah sebagai berikut.
1) Konflik antara atau dalam peran sosial, misalnya antara peran dalam keluarga dan profesi.
2) Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
3) Konflik antara kelompok yang terorganisasi dengan kelompok yang tidak terorganisasi.
4) Konflik antara satuan nasional.
5) Konflik antarnegara atau antara negara dengan organisasi internasional.
Konflik bisa membawa akibat positif asalkan masalah yang dipertentangkan dan kalangan yang bertentangan memang konstruktif. Artinya, konflik itu sama-sama dilandasi kepentingan menjadikan masyarakat lebih baik.
Contoh:
Konflik mengenai kebebasan informasi. Kalangan yang satu menghendaki bebasnya informasi, dengan alasan melatih masyarakat untuk menyaring informasi secara mandiri. Kalangan yang lain menghendaki adanya lembaga sensor karena khawatir adanya informasi yang tidak mendidik. Kedua kalangan sama-masa menginginkan masyarakat yang semakin berktialitas.
Hasil dan akibat suatu konflik adalah sebagai berikut.
1) Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
2) Keretakan hubungan antara anggota kelompok, misalnya akibat konflik antarsuku.
3) Perubahan kepribadian pada individu, misalnya adanya rasa benci dan saling curiga akibat perang.
4) Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
5) Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Konflik merupakan proses disosiatif yang tajam. Meskipun begitu, sebagai salah satu proses sosial, konflik dapat berfungsi positif bagi masyarakat. Fungsi-fungsi positif konflik tersebut adalah sebagai berikut.
1) Dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau belum tuntas dipelajari.
2) Memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma dan nilai-nilai serta hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok.
3) Merupakan jalan mengurangi ketegangan antarindividu dan antarkelompok.
4) Merupakan jalan untuk mengurangi atau menekan pertentangan yang terjadi dalam masyarakat.
5) Membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru.
6) Merupakan sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat.
a. Persaingan (competition)
Persaingan merupakan suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingan terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya terbatas atau menjadi pusat perhatian umum. Misalnya, ribuan remaja bersaing untuk masuk dalam 12 besar penyanyi idola.
Persaingan dilakukan dengan norma dan nilai yang diakui bersama dan berlaku pada masyarakat tersebut. Kecil kemungkinan, persaingan menggunakan kekerasan atau ancaman. Dengan kata lain, persaingan dilakukan secara sehat atau sportif. Misalnya, dalam sepak bola dikenal istilah fair play.
Persaingan yang disertai dengan kekerasan, ancaman, atau keinginan untuk merugikan pihak lain dinamakan persaingan tidak sehat. Tindakan seperti itu bukan lagi persaingan tetapi sudah menjurus pada permusuhan atau persengketaan.
Apa pun hasil dari suatu persaingan akan diterima dengan kepala dingin tanpa ada rasa dendam sedikitpun. Sejak awal, masing-masing pihak yang bersaing menyadari akan ada yang menang dan kalah.
Contoh:
• Dalam bidang ekonomi: persaingan antara produsen barang sejenis dalam merebut pasar yang terbatas.
• Dalam hal kedudukan: persaingan untuk menduduki jabatan strategis.
• Dalam kebudayaan: persaingan dalam penyebaran ideologi, pendidikan, dan unsur-unsur kebudayaan lainnya.
Persaingan memiliki beberapa fungsi berikut ini.
1) Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut dipenuhi, padahal sulit dipenuhi semuanya secara serentak.
2) Menyalurkan kepentingan serta nilai-nilai dalam masyarakat, terutama kepentingan dan nilai yang menimbulkan konflik.
3) Menyeleksi individu yang pantas memperoleh kedudukan serta peran yang sesuai dengan kemampuannya.
b. Kontravensi
Kontravensi merupakan proses sosial yang ditandai oleh adanya ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan yang tidak diungkapkan secara terbuka. Kontravensi adalah sikap menentang secara tersembunyi, agar tidak sampai terjadi perselisihan atau konflik secara terbuka. Penyebab kontravensi antara lain adalah perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dengan pendirian kalangan lainnya dalam masyarakat, atau bisa juga dengan pendiriki keseluruhan masyarakat.
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, terdapat lima bentuk kontravensi sebagai berikut.
1) Kontravensi umum.
Misalnya: penolakan, keengganan, perlawanan, protes, gangguan, mengancam pihak lawan.
2) Kontravensi sederhana. Misalnya: menyangkal pernyataan orang di depan umum.
3) Kontravensi intensif. Misalnya: penghasutan, penyebaran desas-desus.
4) Kontravensi rahasia. Misalnya: pembocoran rahasia, khianat.
5) Kontravensi taktis. Misalnya: mengejutkan pihak lawan, provokasi, dan intimidasi.
c. Pertikaian
Pertikaian merupakan proses sosial bentuk lanjut dari kontravensi. Dalam pertikaian, perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena semakin tajamnya perbedaan antara kalangan tertentu dalam masyarakat.
Kondisi semakin tajamnya perbedaan mengakibatkan amarah, rasa benci yang mendorong tindakan untuk melukai, menghancurkan, atau menyerang pihak lain. Jadi, pertikaian muncul apabila individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau tujuannya dengan jalan menentang pihak lain lewat ancaman atau kekerasan.
d. Konflik
Pengertian konflik yang paling sederhana adalah saling memukul (configere). Namun, konflik tidak hanya berwujud pertentangan fisik semata. Dalam definisi yang lebih luas, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih ketika pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Sebagai proses sosial, konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan yang agaknya sulit didamaikan atau ditemukan kesamaannya. Perbedaan tersebut antara lain menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, dan keyakinan.
Konflik merupakan situasi wajar dalam setiap masyarakat. Bahkan, tidak ada satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik. Tiap masyarakat pasti pernah mengalami konflik, baik itu konflik dalam cakupan kecil ataupun konflik berskala besar. Konflik dalam cakupan kecil misalnya konflik dalam keluarga, konflik dengan teman, konflik dengan atasan, dan sebagainya. Sedangkan, konflik dalam cakupan besar misalnya konflik antargolongan atau antarkampung.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat adalah sebagai berikut.
1) Perbedaan individu, berupa perbedaan pendirian dan perasaan.
2) Perbedaan latar belakang kebudayaan, sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda-beda pula. Seseorang sedikit banyak akan terpcngaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya.
3) Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, bisa menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial.
4) Perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Menurut de Moor, konflik dalam masyarakat terjadi jika para anggotanya secara besar-besaran membiarkan diri dibimbing oleh tujuan-tujuan (nilai-nilai) yang bertentangan.
Menurut Dahrendorf, pembagian konflik adalah sebagai berikut.
1) Konflik antara atau dalam peran sosial, misalnya antara peran dalam keluarga dan profesi.
2) Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
3) Konflik antara kelompok yang terorganisasi dengan kelompok yang tidak terorganisasi.
4) Konflik antara satuan nasional.
5) Konflik antarnegara atau antara negara dengan organisasi internasional.
Konflik bisa membawa akibat positif asalkan masalah yang dipertentangkan dan kalangan yang bertentangan memang konstruktif. Artinya, konflik itu sama-sama dilandasi kepentingan menjadikan masyarakat lebih baik.
Contoh:
Konflik mengenai kebebasan informasi. Kalangan yang satu menghendaki bebasnya informasi, dengan alasan melatih masyarakat untuk menyaring informasi secara mandiri. Kalangan yang lain menghendaki adanya lembaga sensor karena khawatir adanya informasi yang tidak mendidik. Kedua kalangan sama-masa menginginkan masyarakat yang semakin berktialitas.
Hasil dan akibat suatu konflik adalah sebagai berikut.
1) Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
2) Keretakan hubungan antara anggota kelompok, misalnya akibat konflik antarsuku.
3) Perubahan kepribadian pada individu, misalnya adanya rasa benci dan saling curiga akibat perang.
4) Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
5) Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Konflik merupakan proses disosiatif yang tajam. Meskipun begitu, sebagai salah satu proses sosial, konflik dapat berfungsi positif bagi masyarakat. Fungsi-fungsi positif konflik tersebut adalah sebagai berikut.
1) Dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau belum tuntas dipelajari.
2) Memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma dan nilai-nilai serta hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok.
3) Merupakan jalan mengurangi ketegangan antarindividu dan antarkelompok.
4) Merupakan jalan untuk mengurangi atau menekan pertentangan yang terjadi dalam masyarakat.
5) Membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru.
6) Merupakan sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat.
Pengertian perubahan sosial
Setiap masyarakat di mana pun pasti akan mengalami perubahan dan dinamika. Perubahan yang terjadi bisa berupa , perubahan nilai, norma, pola perilaku, lembaga, struktur sosial, dan masih banyak lagi. Perubahan dan dinamika ini merupakan akibat dari adanya interaksi antarmanusia dan antarkelompok. Dengan interaksi, terjadi saling memengaruhi yang menyebabkan perubahan dan dinamika sosial. Hal ini tak bisa dielakkan apalagi di zaman sekarang ketika interaksi tak langsung juga mudah terjadi.
Anggota masyarakat juga sangat beragam. Tidak mungkin mereka semua mengetahui dan menyetujui semua nilai, norma, pranata sosial, dan peraturan masyarakat, lalu begitu saja berperilaku sesuai dengannya. Kenyataan ini menyebabkan ketidakselarasan dan mendorong terjadinya perubahan dan dinamika sosial pula. Perubahan dan dinamika sosial ini tidak selalu berarti kemajuan, tetapi dapat pula berarti kemunduran dalam bidang kehidupan tertentu.
William F. Ogburn mengemukakan ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial. Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Mac Iver mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan dalam hubungan sosial (social relationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
Berikut pengertian perubahan sosial yang lain menurut para sosiolog.
Hans Garth & C. Wright Mills
Perubahan sosial adalah apa pun yang terjadi (kemunculan, perkembangannya, dan kemunduran) dalam kurun waktu tertentu terhadap peran, lembaga, atau tatanan yang meliputi struktur sosial.
Samuel Koenig
Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
Jadi, perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam waktu tertentu terhadap organisasi sosial masyarakat yang meliputi nilai, norma, kebudayaan, dan sistem sosial dengan cara memodifikasi pola-pola kehidupan manusia untuk memperoleh keseimbangan hubungan sosial.
Anggota masyarakat juga sangat beragam. Tidak mungkin mereka semua mengetahui dan menyetujui semua nilai, norma, pranata sosial, dan peraturan masyarakat, lalu begitu saja berperilaku sesuai dengannya. Kenyataan ini menyebabkan ketidakselarasan dan mendorong terjadinya perubahan dan dinamika sosial pula. Perubahan dan dinamika sosial ini tidak selalu berarti kemajuan, tetapi dapat pula berarti kemunduran dalam bidang kehidupan tertentu.
William F. Ogburn mengemukakan ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial. Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Mac Iver mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan dalam hubungan sosial (social relationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
Berikut pengertian perubahan sosial yang lain menurut para sosiolog.
Hans Garth & C. Wright Mills
Perubahan sosial adalah apa pun yang terjadi (kemunculan, perkembangannya, dan kemunduran) dalam kurun waktu tertentu terhadap peran, lembaga, atau tatanan yang meliputi struktur sosial.
Samuel Koenig
Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
Jadi, perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam waktu tertentu terhadap organisasi sosial masyarakat yang meliputi nilai, norma, kebudayaan, dan sistem sosial dengan cara memodifikasi pola-pola kehidupan manusia untuk memperoleh keseimbangan hubungan sosial.
Pengertian Peran (Role) Sosial
Peran adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan status sosialnya. Jadi, apabila seseorang individu telah melaksanakan kewajiban dan meminta hak-haknya sesuai dengan status sosial yang disandangnya, maka dia telah menjalankan suatu peran yang tepat.
Peran berasal dari pola pergaulan hidup. Oleh sebab itu, peran menentukan apa yang akan diperbuat dan kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat di sekitarnya. Peran dianggap sangat penting karena mengatur perilaku seseorang dalam masyarakat, berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Dalam masyarakat, terdapat banyak individu dengan peran yang beranekaragam. Beragamnya peran sosial tersebut membawa akibat dinamis berupa konflik, ketegangan, kegagalan, dan kesenjangan.
a. Konflik peran
Konflik peran terjadi apabila seseorang dengan kedudukan tertentu harus melaksanakan peran yang sesungguhnya tidak dia harapkan. Hal ini terjadi karena seseorang mempunyai banyak status sosial.
Contoh:
1) Seorang polisi yang baik harus menangkap pelaku kejahatan yang sebenarnya adalah keponakannya sendiri. Padahal, sebagai seorang paman, dia wajib melindungi keponakannya itu.
2) Seorang pelajar mengalami konflik peran antara memberi contekan kepada teman dan menjadi pelajar yang baik.
b. Ketegangan
Ketegangan terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan untuk melakukan peran sosial yang dimilikinya karena adanya ketidaksesuaian antara kewajiban-kewajiban yang harus dia jalankan dengan tujuan peran sosial itu sendiri.
Contoh:
Seorang pimpinan kantor yang harus menerapkan disiplin waktu secara ketat kepada karyawannya yang sebagian besar adalah kerabat dekatnya.
c. Kegagalan peran
Kegagalan peran terjadi apabila seseorang tidak sanggup menjalankan beberapa peran sekaligus karena terdapat tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan.
d. Kesenjangan peran (Role distance)
Kesenjangan peran terjadi apabila seseorang harus menjalankan peran yang tidak menjadi prioritas hidupnya sehingga merasa tertekan atau merasa tidak cocok menjalankan peran tersebut.
Peran berasal dari pola pergaulan hidup. Oleh sebab itu, peran menentukan apa yang akan diperbuat dan kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat di sekitarnya. Peran dianggap sangat penting karena mengatur perilaku seseorang dalam masyarakat, berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Dalam masyarakat, terdapat banyak individu dengan peran yang beranekaragam. Beragamnya peran sosial tersebut membawa akibat dinamis berupa konflik, ketegangan, kegagalan, dan kesenjangan.
a. Konflik peran
Konflik peran terjadi apabila seseorang dengan kedudukan tertentu harus melaksanakan peran yang sesungguhnya tidak dia harapkan. Hal ini terjadi karena seseorang mempunyai banyak status sosial.
Contoh:
1) Seorang polisi yang baik harus menangkap pelaku kejahatan yang sebenarnya adalah keponakannya sendiri. Padahal, sebagai seorang paman, dia wajib melindungi keponakannya itu.
2) Seorang pelajar mengalami konflik peran antara memberi contekan kepada teman dan menjadi pelajar yang baik.
b. Ketegangan
Ketegangan terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan untuk melakukan peran sosial yang dimilikinya karena adanya ketidaksesuaian antara kewajiban-kewajiban yang harus dia jalankan dengan tujuan peran sosial itu sendiri.
Contoh:
Seorang pimpinan kantor yang harus menerapkan disiplin waktu secara ketat kepada karyawannya yang sebagian besar adalah kerabat dekatnya.
c. Kegagalan peran
Kegagalan peran terjadi apabila seseorang tidak sanggup menjalankan beberapa peran sekaligus karena terdapat tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan.
d. Kesenjangan peran (Role distance)
Kesenjangan peran terjadi apabila seseorang harus menjalankan peran yang tidak menjadi prioritas hidupnya sehingga merasa tertekan atau merasa tidak cocok menjalankan peran tersebut.
Pengertian Organisasi Sosial
Masyarakat dibentuk oleh bermacam-macam organisasi. Konsep organisasi di sini berbeda dengan yang biasa kita temui sehari-hari. Organisasi sosial dibentuk dari sejumlah individu dengan beragam kedudukan/status sosial yang berinteraksi dan melakukan peran sosialnya. Dalam organisasi ada tujuan bersama dengan tugas-tugas untuk mencapainya serta struktur dalam menjalankan tugas itu. Jadi, organisasi sosial bisa diartikan sebagai sekelompok orang yang memiliki kesamaan dan kesadaran berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Contoh yang terdekat denganmu adalah organisasi kelas. Dalam organisasi kelas terdapat struktur forrnal/resmi (wali kelas, ketua kelas, sekretaris, bendahara, kelompok piket, dan lain-lain). Setiap orang harus menjalankan peran sesuai kedudukannya untuk mencapai tujuan terciptanya kehidupan kelas yang tertib dan nyaman.
Berdasarkan sifat resmi tidaknya, dikenal dua jenis organisasi sebagai berikut.
a. Organisasi formal
Organisasi formal sifatnya lebih teratur, mempunyai struktur organisasi yang resmi, serta terdapat perencanaan dan program yang akan dilaksanakan secara jelas.
Contohnya:
OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia), PWI (Persatuan Wartawan Indonesia), LSM, dan lain-lain.
Organisasi formal terbentuk secara resmi melalui prosedur dan tahap yang jelas. Langkah-langkah tersebut biasanya diatur melalui peraturan. Begitu pula dengan perekrutan anggota-anggotanya.
b. Organisasi informal
Karena bersifat tidak resmi, struktur organisasi informal tidak begitu jelas atau bahkan tidak ada. Begitu pula dengan perencanaan dan program yang akan dilaksanakan tidak dirumuskan secara jelas dan tegas, kadang-kadang terjadi begitu saja secara spontan.
Contohnya:
Karang Taruna, Kelompok Pecinta Puisi di sekolah, fans club suatu grup musik terkenal, dan sebagainya.
Pembentukan organisasi informal tidak perlu melalui proses panjang bahkan bisa terjadi secara spontan. Ketika sekelompok orang berkumpul dan sepakat untuk bekerja sama dengan tujuan tertentu maka terbentuklah organisasi tersebut.
Berdasarkan sifat resmi tidaknya, dikenal dua jenis organisasi sebagai berikut.
a. Organisasi formal
Organisasi formal sifatnya lebih teratur, mempunyai struktur organisasi yang resmi, serta terdapat perencanaan dan program yang akan dilaksanakan secara jelas.
Contohnya:
OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia), PWI (Persatuan Wartawan Indonesia), LSM, dan lain-lain.
Organisasi formal terbentuk secara resmi melalui prosedur dan tahap yang jelas. Langkah-langkah tersebut biasanya diatur melalui peraturan. Begitu pula dengan perekrutan anggota-anggotanya.
b. Organisasi informal
Karena bersifat tidak resmi, struktur organisasi informal tidak begitu jelas atau bahkan tidak ada. Begitu pula dengan perencanaan dan program yang akan dilaksanakan tidak dirumuskan secara jelas dan tegas, kadang-kadang terjadi begitu saja secara spontan.
Contohnya:
Karang Taruna, Kelompok Pecinta Puisi di sekolah, fans club suatu grup musik terkenal, dan sebagainya.
Pembentukan organisasi informal tidak perlu melalui proses panjang bahkan bisa terjadi secara spontan. Ketika sekelompok orang berkumpul dan sepakat untuk bekerja sama dengan tujuan tertentu maka terbentuklah organisasi tersebut.
Pengertian Lembaga
Dalam sosiologi, lembaga berarti suatu sistem norma untuk mencapai tujuan tertentu yang oleh masyarakat dianggap penting. Sistem norma tersebut mencakup gagasan, aturan, tata cara kegiatan, dan ketentuan sanksi (reward and punishment system). Sistem norma itu merupakan hasil proses berangsur-angsur menjadi suatu sistem yang terorganisasi; dianggap telah teruji kredibilitasnya dan terpercaya. Misalnya, agama adalah lembaga karena merupakan suatu sistem gagasan, kepercayaan, tata cara ibadah, dan pedoman perilaku yang dipercaya penganutnya dapat membawa pada kebaikan dunia dan akhirat.
Contoh lainnya:
Keluarga, perkawinan, agama, pendidikan, dan ekonomi.
Lembaga sosial mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia. Lembaga sosial mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut.
a. Sebagai pedoman anggota masyarakat untuk bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan manusia.
b. Menjaga keutuhan masyarakat.
c. Menjadi pegangan untuk mengadakan sistem pengendalian sosial terhadap tingkah laku anggota masyarakat.
Lembaga sosial terbentuk dari nilai, norma, adat istiadat, tata kelakuan, dan unsur-unsur budaya lainnya yang hidup di masyarakat.
Nilai dan norma yang baru setelah dikenal, diakui, dan dihargai oleh masyarakat akan ditaati dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini berlanjut hingga nilai dan norma sosial tersebut diserap oleh masyarakat dan mendarah daging. Proses pcnyerapan ini dinamakan internalisasi (internalization).
Setelah mengalami internalisasi, nilai dan norma itu lama-kelamaan akan berkembang menjadi (bagian) suatu lembaga. Proses yang dilewati nilai dan norma sosial baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga sosial dalam masyarakat disebut proses pelembagaan (institutionalization).
Menurut Gillin & Gillin, ciri-ciri umum lembaga sosial antara lain sebagai berikut.
a. Pola pemikiran dan perilaku yang terwujud dalam aktivitas-aktivitas masyarakat beserta hasil-hasilnya.
b. Mempunyai suatu tingkat kekekalan tertentu. Maksudnya, suatu nilai atau norma akan menjadi lembaga setelah mengalami proses-proses percobaan dalam waktu yang relatif lama.
c. Mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.
d. Mempunyai alat-alat kelengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan lembaga tersebut. Biasanya alat-alat ini antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya berbeda.
e. Memiliki lambang-lambang yang merupakan simbol untuk menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga tersebut.
f. Dalam merumuskan tujuan dan tata tertibnya, lembaga memiliki tradisi yang tertulis dan tidak tertulis.
Kita akan melihat bahwa pendidikan memiliki ciri-ciri sebagai lembaga. Pendidikan memiliki pola pemikiran dan perilaku yang diwujudkan dalam kegiatan seperti belajar-mengajar di sekolah, membaca buku, berlatih, atau mengerjakan tugas. Pendidikan sudah dibutuhkan manusia sejak zaman dahulu, jadi telah memiliki tingkat kekekalan. Pendidikan tentu saja memiliki tujuan, misalnya untuk mencerdaskan masyarakat. Alat kelengkapan pendidikan contohnya adalah sekolah, guru, materi pelajaran, peralatan kerja murid, peraturan, dan lain-lain. Pendidikan juga memiliki lambang yang menggambarkan tujuan dan fungsi pendidikan itu, di Indonesia misalnya pena, buku, dan toga. Pendidikan juga memiliki tradisi tertulis seperti tata tertib sekolah atau tradisi tak tertulis seperti menghormati guru.
Contoh lainnya:
Keluarga, perkawinan, agama, pendidikan, dan ekonomi.
Lembaga sosial mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia. Lembaga sosial mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut.
a. Sebagai pedoman anggota masyarakat untuk bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan manusia.
b. Menjaga keutuhan masyarakat.
c. Menjadi pegangan untuk mengadakan sistem pengendalian sosial terhadap tingkah laku anggota masyarakat.
Lembaga sosial terbentuk dari nilai, norma, adat istiadat, tata kelakuan, dan unsur-unsur budaya lainnya yang hidup di masyarakat.
Nilai dan norma yang baru setelah dikenal, diakui, dan dihargai oleh masyarakat akan ditaati dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini berlanjut hingga nilai dan norma sosial tersebut diserap oleh masyarakat dan mendarah daging. Proses pcnyerapan ini dinamakan internalisasi (internalization).
Setelah mengalami internalisasi, nilai dan norma itu lama-kelamaan akan berkembang menjadi (bagian) suatu lembaga. Proses yang dilewati nilai dan norma sosial baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga sosial dalam masyarakat disebut proses pelembagaan (institutionalization).
Menurut Gillin & Gillin, ciri-ciri umum lembaga sosial antara lain sebagai berikut.
a. Pola pemikiran dan perilaku yang terwujud dalam aktivitas-aktivitas masyarakat beserta hasil-hasilnya.
b. Mempunyai suatu tingkat kekekalan tertentu. Maksudnya, suatu nilai atau norma akan menjadi lembaga setelah mengalami proses-proses percobaan dalam waktu yang relatif lama.
c. Mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.
d. Mempunyai alat-alat kelengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan lembaga tersebut. Biasanya alat-alat ini antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya berbeda.
e. Memiliki lambang-lambang yang merupakan simbol untuk menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga tersebut.
f. Dalam merumuskan tujuan dan tata tertibnya, lembaga memiliki tradisi yang tertulis dan tidak tertulis.
Kita akan melihat bahwa pendidikan memiliki ciri-ciri sebagai lembaga. Pendidikan memiliki pola pemikiran dan perilaku yang diwujudkan dalam kegiatan seperti belajar-mengajar di sekolah, membaca buku, berlatih, atau mengerjakan tugas. Pendidikan sudah dibutuhkan manusia sejak zaman dahulu, jadi telah memiliki tingkat kekekalan. Pendidikan tentu saja memiliki tujuan, misalnya untuk mencerdaskan masyarakat. Alat kelengkapan pendidikan contohnya adalah sekolah, guru, materi pelajaran, peralatan kerja murid, peraturan, dan lain-lain. Pendidikan juga memiliki lambang yang menggambarkan tujuan dan fungsi pendidikan itu, di Indonesia misalnya pena, buku, dan toga. Pendidikan juga memiliki tradisi tertulis seperti tata tertib sekolah atau tradisi tak tertulis seperti menghormati guru.
Pengertian Kelompok dan Asosiasi
Kelompok adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antarkelompok, dan kesadaran jenis.
Menurut Bierstedt, ada empat macam kelompok.
a. Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh:
Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.
b. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
c. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi.
Contoh:
Kelompok pertemuan, kerabat.
d. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak, dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal.
Contoh:
Negara, sekolah, OSIS, pramuka.
Bergabung dengan sebuah kelompok bisa merupakan sesuatu yang kebetulan atau merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.
Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial.
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat inteligensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.
Perilaku kelompok, sebagaimana halnya semua perilaku sosial, sangat dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku dalam kelompok itu. Setiap kelompok memiliki suatu pandangan tentang perilaku mana yang dianggap pantas untuk dijalankan para anggotanya. Norma-norma ini mengarahkan interaksi kelompok.
Norma muncul melalui proses interaksi yang perlahan-lahan di antara anggota kelompok. Pada saat seseorang berperilaku tertentu, pihak lain menilai kepantasan atau ketidakpantasan perilaku tersebut, atau menyarankan perilaku altematif (secara langsung atau tidak langsung). Kumpulan interaksi inilah yang membentuk norma sebagai `kesepakatan' bersama.
Selain itu, menurut Robert Bierstedt, berdasarkan keteraturannya terdapat bermacam-macam jenis kelompok.
a. Kelompok sosial yang teratur
1) In-group dan out-group
In-group adalah kelompok sosial di mana individu mengidentifikasi dirinya dalam kelompok tersebut. Sifat in-group biasanya didasarkan pada faktor simpati dan kedekatan dengan anggota kelompok. Misalnya, Putri adalah siswi kelas 1A SMA Harapan Pertiwi, maka yang menjadi in-group Putri adalah kelas 1A. Out-group adalah kelompok yang diartikan oleh individu sebagai lawan in-groupnya. Dengan kata lain kelompok yang berada di luar kelompok dirinya. Misalnya, out-group bagi Putri adalah kelas selain kelas 1A, yaitu kelas 1B dan 1C.
2) Kelompok primer dan sekunder
Menurut Cooley, kelompok primer adalah kelompok kecil yang anggota-anggotanya memiliki hubungan dekat, personal, dan langgeng. Contoh paling jelas adalah keluarga.
Kelompok sekunder adalah kelompok yang lebih besar, bersifat sementara, dibentuk untuk tujuan tertentu, dan hubungan-hubungan antaranggota bersifat impersonal sehingga biasanya tidak langgeng. Misalnya, kesebelasan sepakbola.
3) Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesselschaft)
Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama yang anggota-anggotanya terikat oleh hubungan batin murni dan bersifat alamiah serta kekal. Hubungannya didasari oleh rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang telah ditakdirkan. Bentuk paguyuban bisa ditemui dalam keluarga, kelompok, kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya. Paguyuban mempunyai ciri-ciri hubungan akrab, bersifat pribadi, dan eksklusif (hanya orang tertentu).
Menurut Ferdinand Tonnies, di masyarakat selalu dijumpai salah satu dari tiga tipe paguyuban, yaitu sebagai berikut.
a) Paguyuban karena ikatan darah, seperti keluarga, kekerabatan, kesukuan, dan lain-lain.
b) Paguyuban karena tempat, seperti rukun tetangga, rukun warga, dan lain-lain.
c) Paguyuban karena pikiran, seperti pergerakan mahasiswa, partai politik, dan lain-lain.
Patembayan adalah ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya hanya untuk jangka waktu yang pendek. Hubungannya bersifat untuk semua orang. Patembayan bersifat sebagai suatu bentuk yang ada dalam pikiran belaka. Contoh patembayan adalah interaksi melalui internet.
4) Formal group dan informal group
Formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya. Contohnya birokrasi, perusahaan, negara, dan sebagainya.
Informal group adalah kelompok yang tidak mempunyai struktur yang pasti, terbentuk karena pertemuan yang berulang-ulang sehingga terjadi pertemuan kepentingan dan pengalaman. Contohnya klik (ikatan kelompok teman terdekat atau perkawanan).
5) Membership group dan Reference group
Membership group adalah suatu kelompok yang di dalamnya setiap orang secara fisik menjadi anggotanya.
Reference group adalah kelompok-kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang untuk membentuk kepribadian dan perilakunya.
b. Kelompok sosial yang tidak teratur
1) Kerumunan(crowd) adalah individu-individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat dan pada waktu yang bersamaan.
2) Publik adalah orang-orang yang berkumpul yang mempunyai kesamaan kepentingan.
Menurut Bierstedt, ada empat macam kelompok.
a. Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh:
Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.
b. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
c. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi.
Contoh:
Kelompok pertemuan, kerabat.
d. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak, dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal.
Contoh:
Negara, sekolah, OSIS, pramuka.
Bergabung dengan sebuah kelompok bisa merupakan sesuatu yang kebetulan atau merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.
Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial.
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat inteligensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.
Perilaku kelompok, sebagaimana halnya semua perilaku sosial, sangat dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku dalam kelompok itu. Setiap kelompok memiliki suatu pandangan tentang perilaku mana yang dianggap pantas untuk dijalankan para anggotanya. Norma-norma ini mengarahkan interaksi kelompok.
Norma muncul melalui proses interaksi yang perlahan-lahan di antara anggota kelompok. Pada saat seseorang berperilaku tertentu, pihak lain menilai kepantasan atau ketidakpantasan perilaku tersebut, atau menyarankan perilaku altematif (secara langsung atau tidak langsung). Kumpulan interaksi inilah yang membentuk norma sebagai `kesepakatan' bersama.
Selain itu, menurut Robert Bierstedt, berdasarkan keteraturannya terdapat bermacam-macam jenis kelompok.
a. Kelompok sosial yang teratur
1) In-group dan out-group
In-group adalah kelompok sosial di mana individu mengidentifikasi dirinya dalam kelompok tersebut. Sifat in-group biasanya didasarkan pada faktor simpati dan kedekatan dengan anggota kelompok. Misalnya, Putri adalah siswi kelas 1A SMA Harapan Pertiwi, maka yang menjadi in-group Putri adalah kelas 1A. Out-group adalah kelompok yang diartikan oleh individu sebagai lawan in-groupnya. Dengan kata lain kelompok yang berada di luar kelompok dirinya. Misalnya, out-group bagi Putri adalah kelas selain kelas 1A, yaitu kelas 1B dan 1C.
2) Kelompok primer dan sekunder
Menurut Cooley, kelompok primer adalah kelompok kecil yang anggota-anggotanya memiliki hubungan dekat, personal, dan langgeng. Contoh paling jelas adalah keluarga.
Kelompok sekunder adalah kelompok yang lebih besar, bersifat sementara, dibentuk untuk tujuan tertentu, dan hubungan-hubungan antaranggota bersifat impersonal sehingga biasanya tidak langgeng. Misalnya, kesebelasan sepakbola.
3) Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesselschaft)
Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama yang anggota-anggotanya terikat oleh hubungan batin murni dan bersifat alamiah serta kekal. Hubungannya didasari oleh rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang telah ditakdirkan. Bentuk paguyuban bisa ditemui dalam keluarga, kelompok, kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya. Paguyuban mempunyai ciri-ciri hubungan akrab, bersifat pribadi, dan eksklusif (hanya orang tertentu).
Menurut Ferdinand Tonnies, di masyarakat selalu dijumpai salah satu dari tiga tipe paguyuban, yaitu sebagai berikut.
a) Paguyuban karena ikatan darah, seperti keluarga, kekerabatan, kesukuan, dan lain-lain.
b) Paguyuban karena tempat, seperti rukun tetangga, rukun warga, dan lain-lain.
c) Paguyuban karena pikiran, seperti pergerakan mahasiswa, partai politik, dan lain-lain.
Patembayan adalah ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya hanya untuk jangka waktu yang pendek. Hubungannya bersifat untuk semua orang. Patembayan bersifat sebagai suatu bentuk yang ada dalam pikiran belaka. Contoh patembayan adalah interaksi melalui internet.
4) Formal group dan informal group
Formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya. Contohnya birokrasi, perusahaan, negara, dan sebagainya.
Informal group adalah kelompok yang tidak mempunyai struktur yang pasti, terbentuk karena pertemuan yang berulang-ulang sehingga terjadi pertemuan kepentingan dan pengalaman. Contohnya klik (ikatan kelompok teman terdekat atau perkawanan).
5) Membership group dan Reference group
Membership group adalah suatu kelompok yang di dalamnya setiap orang secara fisik menjadi anggotanya.
Reference group adalah kelompok-kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang untuk membentuk kepribadian dan perilakunya.
b. Kelompok sosial yang tidak teratur
1) Kerumunan(crowd) adalah individu-individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat dan pada waktu yang bersamaan.
2) Publik adalah orang-orang yang berkumpul yang mempunyai kesamaan kepentingan.
Pengertian Kedudukan Sosial (Status Sosial)
Kedudukan sosial adalah salah satu tempat atau posisi seseorang dalam kelompok sosial atau masyarakat secara umum sehubungan dengan keberadaan orang lain di sekitarnya. Kedudukan sosial meliputi lingkungan pergaulan, prestasi, hak, dan kewajiban. Perlu diketahui, seseorang dapat saja mempunyai beberapa kedudukan sosial di dalam masyarakat, karena ikut serta dalam berbagai pola kehidupan sekaligus.
Contoh:
Kedudukan seorang pemuda yang bernama Donni Septian dari Desa Berdikari merupakan kombinasi dari segenap kedudukannya sebagai Ketua Karang Taruna "Mekar Lagi", mahasiswa teladan tingkat provinsi, calon sarjana psikologi, anak Pak Idham, calon suami gadis bernama Ani dari desa tetangganya, dan sahabat karib Anton.
Dilihat dari proses terjadinya, kedudukan sosial (status) seseorang dibedakan menjadi tiga.
a. Ascribed status
Ascribed status adalah kedudukan sosial yang diperoleh secara otomatis melalui kelahiran atau keturunan. Ascribed status diperoleh tanpa usaha tertentu bagi yang mendudukinya.
Contoh:
Jenis kelamin, kasta pada masyarakat Hindu, putra mahkota bagi seorang anak raja, dan sebagainya.
b. Achieved status
Achieved status adalah suatu kedudukan yang dicapai seseorang melalui usaha-usaha yang disengaja. Status sosial ini terbuka bagi setiap orang asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu.
Contoh:
Guru, dokter, hakim, menteri, dan jenderal.
c. Assigned status
Assigned status adalah status sosial yang diberikan kepada seseorang yang berjasa telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Kedudukan tersebut diberikan karena seseorang telah lama menduduki suatu kepangkatan yang diakui masyarakat.
Contoh:
Status "Bapak Koperasi" diberikan kepada Drs. Mohamad Hatta yang banyak berjasa dalam memajukan perkoperasian di Indonesia.
Contoh:
Kedudukan seorang pemuda yang bernama Donni Septian dari Desa Berdikari merupakan kombinasi dari segenap kedudukannya sebagai Ketua Karang Taruna "Mekar Lagi", mahasiswa teladan tingkat provinsi, calon sarjana psikologi, anak Pak Idham, calon suami gadis bernama Ani dari desa tetangganya, dan sahabat karib Anton.
Dilihat dari proses terjadinya, kedudukan sosial (status) seseorang dibedakan menjadi tiga.
a. Ascribed status
Ascribed status adalah kedudukan sosial yang diperoleh secara otomatis melalui kelahiran atau keturunan. Ascribed status diperoleh tanpa usaha tertentu bagi yang mendudukinya.
Contoh:
Jenis kelamin, kasta pada masyarakat Hindu, putra mahkota bagi seorang anak raja, dan sebagainya.
b. Achieved status
Achieved status adalah suatu kedudukan yang dicapai seseorang melalui usaha-usaha yang disengaja. Status sosial ini terbuka bagi setiap orang asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu.
Contoh:
Guru, dokter, hakim, menteri, dan jenderal.
c. Assigned status
Assigned status adalah status sosial yang diberikan kepada seseorang yang berjasa telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Kedudukan tersebut diberikan karena seseorang telah lama menduduki suatu kepangkatan yang diakui masyarakat.
Contoh:
Status "Bapak Koperasi" diberikan kepada Drs. Mohamad Hatta yang banyak berjasa dalam memajukan perkoperasian di Indonesia.
Pengertian Kelas Sosial (Social Class)
Kelas sosial merujuk kepada pembedaan hierarki/tingkatan antara individu-individu dalam sebuah masyarakat. Pengertian kelas sosial bisa berbeda-beda dalam tiap zaman dan masyarakat. Namun, kelas sosial secara umum sering ditentukan oleh tingkat pendapatan, pendidikan, dan kesejahteraan.
Contohnya:
Kelas menengah, golongan pengusaha, kaum bangsawan.
Menurut Soerjono Soekanto, pengertian kelas sosial hampir sama dengan lapisan sosial tanpa membedakan apakah berdasarkan faktor uang, tanah, atau kekuasaan. Ada juga yang menggunakan istilah kelas sosial hanya untuk lapisan sosial berdasarkan ekonomi, sedangkan lapisan sosial berdasarkan kehormatan dinamakan kelompok status (status group).
Kornblum mendefinisikan kelas sosial hampir sama dengan kasta, hanya saja penentuannya berdasarkan kriteria ekonomi seperti pekerjaan, penghasilan, dan kemakmuran. Biasanya, kelas sosial bersifat terbuka dan tidak homogen. Artinya, terjadi mobilitas baik ke atas maupun ke bawah di antara kelas-kelas itu.
Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar ekonomis dengan dasar kedudukan sosial, tetapi tetap menggunakan istilah kelas sosial bagi semua lapisan. Kelas sosial yang bersifat ekonomis ini dibagi lagi ke dalam subkelas yang dipilah berdasarkan kecakapan di bidang ekonomi.
Contohnya:
Kelas menengah, golongan pengusaha, kaum bangsawan.
Menurut Soerjono Soekanto, pengertian kelas sosial hampir sama dengan lapisan sosial tanpa membedakan apakah berdasarkan faktor uang, tanah, atau kekuasaan. Ada juga yang menggunakan istilah kelas sosial hanya untuk lapisan sosial berdasarkan ekonomi, sedangkan lapisan sosial berdasarkan kehormatan dinamakan kelompok status (status group).
Kornblum mendefinisikan kelas sosial hampir sama dengan kasta, hanya saja penentuannya berdasarkan kriteria ekonomi seperti pekerjaan, penghasilan, dan kemakmuran. Biasanya, kelas sosial bersifat terbuka dan tidak homogen. Artinya, terjadi mobilitas baik ke atas maupun ke bawah di antara kelas-kelas itu.
Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar ekonomis dengan dasar kedudukan sosial, tetapi tetap menggunakan istilah kelas sosial bagi semua lapisan. Kelas sosial yang bersifat ekonomis ini dibagi lagi ke dalam subkelas yang dipilah berdasarkan kecakapan di bidang ekonomi.
Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sosial
Dengan melihat teori-teori tentang perubahan sosial yang dikemukakan di atas, dapat diketahui hal-hal yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Soekanto mengelompokkan faktor-faktor yang menyebabkan penibahan sosial dalam dua golongan besar, yaitu faktor yang berasal dari dalam masyarakat sendiri (faktor internal) dan faktor yang bersumber dari luar masyarakat (faktor eksternal).
a. Faktor Internal
1) Bertambahnya atau berkurangnya penduduk
Pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat dapat menyebabkan perubahan dalam struktur masyarakat seperti munculnya kelas sosial yang baru dan profesi yang baru.
Sementara itu, berkurangnya jumlah penduduk bisa jadi disebabkan perpindahan penduduk dari desa ke kota atau dari satu daerah ke daerah lainnya (transmigrasi, urbanisasi). Perpindahan ini akan mengakibatkan kekosongan dalam pembagian kerja dan jumlah angkatan kerja. Kondisi ini akan memengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
2) Adanya penemuan haru
Tuntutan zaman yang selalu berubah menjadi pemicu individu-individu yang sadar akan kekurangan budaya masyarakatnya untuk menemukan cara memenuhi berbagai kebutuhan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses penemuan baru ini dinamakan inovasi. Penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dibedakan menjadi dua, yaitu discovery dan invention.
Inovasi akan berpengaruh luas pada kehidupan masyarakat. Pengaruh itu berdampak pada terciptanya perilaku sosial dan adat istiadat yang baru dalam masyarakat tersebut. Selain itu, inovasi juga akan menggeser nilai-nilai dan norma-norma sosial yang telah lama ada dalam masyarakat.
Contoh:
Penemuan telepon telah mengubah pola dan cara berkomunikasi masyarakat. Dulu, masyarakat yang jaraknya berjauhan tidak dapat berkomunikasi secara langsung dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun, dengan adanya telepon masyarakat bisa berkomunikasi pada saat itu juga, bahkan dengan yang jaraknya berjauhan tanpa harus bertatap muka.
3) Pertentangan/konflik masyarakat
Dalam masyarakat yang heterogen dan dinamis, pertentangan mungkin saja terjadi antara individu dengan kelompok atau antara kelompok-kelompok tertentu. Apalagi, pada masyarakat yang sedang berkembang dari tahap tradisional ke modern. Pertentangan ini misalnya antara golongan muda yang menganut nilai-nilai baru karena menerima unsur-unsur baru dari kebudayaan lain (contohnya kebudayaan barat) dengan golongan tua yang umumnya ingin mempertahankan nilai-nilai, tradisi, dan kebudayaan tradisional. Konflik ini akan menimbulkan perubahan nilai-nilai, pola perilaku, dan interaksi yang baru di masyarakat tersebut.
Contoh:
Westernisasi di kalangan anak-anak muda cenderung menimbulkan konflik dengan orang-orang tua. Kalangan tua memandang kebudayaan barat tidak cocok dengan tradisi dan nilai-nilai bangsa Indonesia, tapi lambat laun bisa diterima walaupun terjadi konflik.
4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi
Perubahan yang terjadi secara cepat dan mendasar oleh individu atau kelompok akan berpengaruh besar pada struktur masyarakat dan lembaga-lembaga kemasyarakatan, mulai dari lembaga negara sampai keluarga. Contoh:
Revolusi Prancis yang merupakan pemberontakan masyarakat kelas bawah Prancis. Mereka merasa tertindas oleh kekuasaan raja yang pada saat itu bertindak sewenang-wenang.
5) Ideologi
Ideologi bisa diartikan sebagai seperangkat kepercayaan, nilai, dan norma yang saling berhubungan, yang dapat mengarahkan masyarakat pada tujuan tertentu. Ideologi memainkan peran yang cukup besar dalam membentuk arah perubahan sosial. Biasanya, ideologi ini dituangkan ke dalam kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang menganut salah satu dari ideologi tersebut.
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia
Penyebab perubahan yang bersumber dari lingkungan alam fisik, kadang kala disebabkan oleh masyarakat itu sendiri. Terjadinya bencana alam seperti banjir, longsor, gempa bumi, dan lain-lain menyebabkan masyarakat yang semula mendiami daerah bencana tersebut terpaksa harus pindah dan mencari tempat tinggal baru. Perpindahan tersebut membuat mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada lembaga-lembaga masyarakat.
2) Peperangan
Peperangan bisa menyebabkan terjadinya perubahan baik pada lembaga masyarakat maupun struktur masyarakatnya. Biasanya negara yang menang akan memaksakan nilai, cara, dan lembaga masyarakat yang dianutnya kepada negara yang kalah.
3) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Di zaman yang semakin terbuka ini, ketika teknologi informasi dan komunikasi semakin maju, tidak ada negara atau masyarakat di dunia yang dapat menutup dirinya dari interaksi dengan bangsa atau masyarakat lain. Interaksi yang dilakukan antara dua masyarakat atau bangsa mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal balik, memengaruhi dan menerima pengaruh. Dengan demikian, interaksi yang terjadi akan menimbulkan nilai-nilai budaya yang baru sebagai hasil asimilasi atau akulturasi kedua budaya.
a. Faktor Internal
1) Bertambahnya atau berkurangnya penduduk
Pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat dapat menyebabkan perubahan dalam struktur masyarakat seperti munculnya kelas sosial yang baru dan profesi yang baru.
Sementara itu, berkurangnya jumlah penduduk bisa jadi disebabkan perpindahan penduduk dari desa ke kota atau dari satu daerah ke daerah lainnya (transmigrasi, urbanisasi). Perpindahan ini akan mengakibatkan kekosongan dalam pembagian kerja dan jumlah angkatan kerja. Kondisi ini akan memengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
2) Adanya penemuan haru
Tuntutan zaman yang selalu berubah menjadi pemicu individu-individu yang sadar akan kekurangan budaya masyarakatnya untuk menemukan cara memenuhi berbagai kebutuhan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses penemuan baru ini dinamakan inovasi. Penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dibedakan menjadi dua, yaitu discovery dan invention.
Inovasi akan berpengaruh luas pada kehidupan masyarakat. Pengaruh itu berdampak pada terciptanya perilaku sosial dan adat istiadat yang baru dalam masyarakat tersebut. Selain itu, inovasi juga akan menggeser nilai-nilai dan norma-norma sosial yang telah lama ada dalam masyarakat.
Contoh:
Penemuan telepon telah mengubah pola dan cara berkomunikasi masyarakat. Dulu, masyarakat yang jaraknya berjauhan tidak dapat berkomunikasi secara langsung dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun, dengan adanya telepon masyarakat bisa berkomunikasi pada saat itu juga, bahkan dengan yang jaraknya berjauhan tanpa harus bertatap muka.
3) Pertentangan/konflik masyarakat
Dalam masyarakat yang heterogen dan dinamis, pertentangan mungkin saja terjadi antara individu dengan kelompok atau antara kelompok-kelompok tertentu. Apalagi, pada masyarakat yang sedang berkembang dari tahap tradisional ke modern. Pertentangan ini misalnya antara golongan muda yang menganut nilai-nilai baru karena menerima unsur-unsur baru dari kebudayaan lain (contohnya kebudayaan barat) dengan golongan tua yang umumnya ingin mempertahankan nilai-nilai, tradisi, dan kebudayaan tradisional. Konflik ini akan menimbulkan perubahan nilai-nilai, pola perilaku, dan interaksi yang baru di masyarakat tersebut.
Contoh:
Westernisasi di kalangan anak-anak muda cenderung menimbulkan konflik dengan orang-orang tua. Kalangan tua memandang kebudayaan barat tidak cocok dengan tradisi dan nilai-nilai bangsa Indonesia, tapi lambat laun bisa diterima walaupun terjadi konflik.
4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi
Perubahan yang terjadi secara cepat dan mendasar oleh individu atau kelompok akan berpengaruh besar pada struktur masyarakat dan lembaga-lembaga kemasyarakatan, mulai dari lembaga negara sampai keluarga. Contoh:
Revolusi Prancis yang merupakan pemberontakan masyarakat kelas bawah Prancis. Mereka merasa tertindas oleh kekuasaan raja yang pada saat itu bertindak sewenang-wenang.
5) Ideologi
Ideologi bisa diartikan sebagai seperangkat kepercayaan, nilai, dan norma yang saling berhubungan, yang dapat mengarahkan masyarakat pada tujuan tertentu. Ideologi memainkan peran yang cukup besar dalam membentuk arah perubahan sosial. Biasanya, ideologi ini dituangkan ke dalam kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang menganut salah satu dari ideologi tersebut.
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia
Penyebab perubahan yang bersumber dari lingkungan alam fisik, kadang kala disebabkan oleh masyarakat itu sendiri. Terjadinya bencana alam seperti banjir, longsor, gempa bumi, dan lain-lain menyebabkan masyarakat yang semula mendiami daerah bencana tersebut terpaksa harus pindah dan mencari tempat tinggal baru. Perpindahan tersebut membuat mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada lembaga-lembaga masyarakat.
2) Peperangan
Peperangan bisa menyebabkan terjadinya perubahan baik pada lembaga masyarakat maupun struktur masyarakatnya. Biasanya negara yang menang akan memaksakan nilai, cara, dan lembaga masyarakat yang dianutnya kepada negara yang kalah.
3) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Di zaman yang semakin terbuka ini, ketika teknologi informasi dan komunikasi semakin maju, tidak ada negara atau masyarakat di dunia yang dapat menutup dirinya dari interaksi dengan bangsa atau masyarakat lain. Interaksi yang dilakukan antara dua masyarakat atau bangsa mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal balik, memengaruhi dan menerima pengaruh. Dengan demikian, interaksi yang terjadi akan menimbulkan nilai-nilai budaya yang baru sebagai hasil asimilasi atau akulturasi kedua budaya.
Minggu, 08 Mei 2016
Zaman Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum dan Megalitikum
Zaman Paleolitikum disebut juga dengan zaman batu tua. Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan dengan berburu ataupun mengumpulkan makanan dari hutan. Manusia purba pada masa ini menggunakan batu, kayu, dan tulang hewan untuk membuat peralatan berburu. Hasil kebudayaan Paleolitikum memiliki ciri-ciri, antara lain:
a) peralatannya terbuat dari batu yang dikerjakan secara kasar, dan
b) peralatannya yang dihasilkan tidak diasah atau dihaluskan.
Zaman Paleolitikum berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu, yaitu pada zaman Plestosen. Daerah penemuan hasil kebudayaan Paleolitikum adalah Ngandong dan Pacitan.
Mesolitikum
Mesolitikum berasal dari bahasa Yunani terdiri atas kata mesos yang berarti tengah dan lithos yang berarti batu atau zaman batu Pertengahan. Kebudayaan Mesolitikum merupakan kelanjutan dari kebudayaan Paleolitikum. Ciri kebudayaan Mesolitikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Paleolitikum. Pada zaman Mesolitikum, manusia sudah ada yang menetap, sehingga kebudayaan Mesolitikum sangat menonjol. Ciri Mesolitikum adalah kebudayaan kjokkenmoddinger dan abris sous roche.
Neolitikum
Neolitikum merupakan zaman batu baru yang diperkirakan berlangsung kira-kira tahun 2000 SM. Pada zaman Neolitikum, hasil-hasil kebudayaan yang ditemukan sudah ada indikasi kepandaian mengasah dari manusia pendukungnya. Pengerjaannya juga sudah mulai memperhatikan segi-segi keindahan.
Terjadi perubahan yang mendasar pada zaman Neolitikum. Pada masa ini, manusia yang sebelumnya sekadar pengumpul makanan, mulai menjadi penghasil makanan dengan melakukan bertani dan beternak. Mereka tidak lagi hidup berpindah-pindah (nomaden), tetapi relatif telah menetap dan tinggal di perkampungan kecil. Jadi, zaman Neolitikum ditandai dengan pola kehidupan dari food gathering ke food producing. Pola hidup mengembara sudah berubah menjadi pola hidup menetap. Kebudayaan zaman Neolitikum memiliki dua peralatan yang popular, yaitu kapak persegi dan kapak lonjong.
Megalitikum
Megalitikum berasal dari kata bahasa Yunani, yaitu megalitik. Kata mega berarti besar dan lithos berarti batu. Jadi, Megalitikum merupak.an zaman batu besar. Dikatakan zaman batu besar karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan bath-batu besar. Kebudayaan ini kemungkinan berkembang setelah berkembangnya budaya logam. Hasil-hasil kebudayaan Megalitikum lebih difungsikan sebagai penunjang kehidupan religius. Hasil-hasil kebudayaan Megalitikum diuraikan berikut ini.
a) Menhir
Menhir adalah bangunan tugu batu yang didirikan sebagai penghormatan terhadap roh nenek moyang. Menhir juga menjadi tempat untuk memperingati kepala suku yang telah meninggal. Menhir dalam pembuatannya ada yang didirikan tunggal, namun ada pula yang ditempatkan bersamaan dengan punden berundak.
b) Dolmen
Dolmen adalah bangunan dari batu yang menyerupai meja yang biasanya berkaitan dengan menhir. Dolmen berfungsi sebagai tempat meletakkan sesaji kepada nenek moyang.
c) Punden berundak
Punden berundak adalah bangunan yang terbuat dari batu yang disusun bertingkat-tingkat. Punden berundak difungsikan sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
d) Sarkofagus
Sarkofagus berbentuk seperti lesung, namun mempunyai tutup. Sarkofagus umumnya terbuat dari batu utuh. Sarkofagus biasanya disertai dengan bekal kubur seperti periuk atau perhiasan. Benda ini banyak ditemukan di Pulau Bali.
e) Waruga
Waruga berbentuk kubus atau bulat. Waruga banyak ditemukan di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.
a) peralatannya terbuat dari batu yang dikerjakan secara kasar, dan
b) peralatannya yang dihasilkan tidak diasah atau dihaluskan.
Zaman Paleolitikum berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu, yaitu pada zaman Plestosen. Daerah penemuan hasil kebudayaan Paleolitikum adalah Ngandong dan Pacitan.
Mesolitikum
Mesolitikum berasal dari bahasa Yunani terdiri atas kata mesos yang berarti tengah dan lithos yang berarti batu atau zaman batu Pertengahan. Kebudayaan Mesolitikum merupakan kelanjutan dari kebudayaan Paleolitikum. Ciri kebudayaan Mesolitikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Paleolitikum. Pada zaman Mesolitikum, manusia sudah ada yang menetap, sehingga kebudayaan Mesolitikum sangat menonjol. Ciri Mesolitikum adalah kebudayaan kjokkenmoddinger dan abris sous roche.
Neolitikum
Neolitikum merupakan zaman batu baru yang diperkirakan berlangsung kira-kira tahun 2000 SM. Pada zaman Neolitikum, hasil-hasil kebudayaan yang ditemukan sudah ada indikasi kepandaian mengasah dari manusia pendukungnya. Pengerjaannya juga sudah mulai memperhatikan segi-segi keindahan.
Terjadi perubahan yang mendasar pada zaman Neolitikum. Pada masa ini, manusia yang sebelumnya sekadar pengumpul makanan, mulai menjadi penghasil makanan dengan melakukan bertani dan beternak. Mereka tidak lagi hidup berpindah-pindah (nomaden), tetapi relatif telah menetap dan tinggal di perkampungan kecil. Jadi, zaman Neolitikum ditandai dengan pola kehidupan dari food gathering ke food producing. Pola hidup mengembara sudah berubah menjadi pola hidup menetap. Kebudayaan zaman Neolitikum memiliki dua peralatan yang popular, yaitu kapak persegi dan kapak lonjong.
Megalitikum
Megalitikum berasal dari kata bahasa Yunani, yaitu megalitik. Kata mega berarti besar dan lithos berarti batu. Jadi, Megalitikum merupak.an zaman batu besar. Dikatakan zaman batu besar karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan bath-batu besar. Kebudayaan ini kemungkinan berkembang setelah berkembangnya budaya logam. Hasil-hasil kebudayaan Megalitikum lebih difungsikan sebagai penunjang kehidupan religius. Hasil-hasil kebudayaan Megalitikum diuraikan berikut ini.
a) Menhir
Menhir adalah bangunan tugu batu yang didirikan sebagai penghormatan terhadap roh nenek moyang. Menhir juga menjadi tempat untuk memperingati kepala suku yang telah meninggal. Menhir dalam pembuatannya ada yang didirikan tunggal, namun ada pula yang ditempatkan bersamaan dengan punden berundak.
b) Dolmen
Dolmen adalah bangunan dari batu yang menyerupai meja yang biasanya berkaitan dengan menhir. Dolmen berfungsi sebagai tempat meletakkan sesaji kepada nenek moyang.
c) Punden berundak
Punden berundak adalah bangunan yang terbuat dari batu yang disusun bertingkat-tingkat. Punden berundak difungsikan sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
d) Sarkofagus
Sarkofagus berbentuk seperti lesung, namun mempunyai tutup. Sarkofagus umumnya terbuat dari batu utuh. Sarkofagus biasanya disertai dengan bekal kubur seperti periuk atau perhiasan. Benda ini banyak ditemukan di Pulau Bali.
e) Waruga
Waruga berbentuk kubus atau bulat. Waruga banyak ditemukan di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.
Teori Awal Munculnya Kehidupan di Bumi
Sejarah muncul dan berkembangnya bumi dapat diketahui melalui bantuan ilmu geologi. Ilmu geologi adalah ilmu yang mempelajari kulit bumi. Para ahli membuat pembabakan sejarah perkembangan bumi menjadi empat zaman, yaitu Arkaekum, Paleozoikum, Mesozoikum, dan Neozoikum. Tiap-tiap zaman tersebut memiliki ciri dan karakteristik tersendiri. Berikut ini uraian pembabakan zaman dan kehidupan awal terbentuknya serta perkembangan bumi.
a. Arkaekum
Zaman Arkaekum berlangsung sekitar 2.500 juta hingga 1.200 juta tahun yang lalu. Zaman Arkaekum merupakan masa awal pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Pada zaman ini, bumi masih berupa bola dengan gas yang sangat panas, sehingga belum memungkinkan adanya kehidupan. Suhu bumi mencapai 6.000°C dan suhu awan panasnya mencapai sekitar 300°C — 400°C. Kulit bumi yang masih panas tersebut menyebabkan bumi belum ada penghuninya. Masa ini berlangsung selama 2.500 juta tahun.
b. Paleozoikum
Zaman Paleozoikum berlangsung sekitar 340 juta tahun yang lalu. Pada zaman ini, suhu di bumi sudah mengalami penurunan, namun belum stabil, sehingga iklim masih sering berubah-ubah. Kondisi bumi masih sangat labil dalam proses pembentukannya.
Paleozoikum disebutjuga sebagai zaman primer atau zaman pertama karena sudah mulai muncul kehidupan. Jenis kehidupan yang ada di zaman Paleozoikum adalah protozoa, ikan, dan amfibi tertua, serta jenis ganggang atau rumput-rumputan. Kesimpulan ini didasarkan pada penemuan sisa-sisa kehidupan yang telah membatu (menjadi fosil). Zaman ini dibagi menjadi enam periode. Berdasarkan urutan periodisasi dari yang paling tua, yaitu Kambrium, Ordovisium, Silur, Devon, Karbon, dan Perm.
c. Mesozoikum
Zaman Mesozoikum berlangsung sekitar 140 juta tahun yang lalu. Pada zaman ini perkembangan kehidupan sangat pesat. Kehidupan terutama didominasi oleh kehidupan reptil raksasa, sehingga zaman ini disebut juga zaman reptil atau zaman sekunder atau zaman kedua. Jenis-jenis reptil raksasa, antara lain dinosaurus yang panjangnya mencapai 12 meter dan antlantosaurus yang panjangnya mencapai 30 meter. Pada zaman ini mulai tampak jenis-jenis burung dan hewan menyusui yang tingkatannya masih rendah.
Zaman Mesozoikum ditandai dengan aktivitas tektonik, iklim, dan evolusi. Benua-benua secara perlahan mengalami pergeseran dari saling menyatu satu sama lain menjadi seperti keadaannya saat ini. Pergeseran ini menimbulkan spesiasi dan berbagai perkembangan evolusi penting lainnya. Pada masa ini pula muncul pohon-pohon besar dan iklim mulai lebih baik dari zaman sebelumnya, meskipun secara umum zaman ini suhu bumi belum stabil.
Zaman Paleozoikum dibagi menjadi tiga periode, yaitu Trias, Jura, dan Kapur. Pembagian periode ini diawali oleh Giovanni Arduino pada abad ke-18. Pada akhir zaman ini, dinosaurus, ichtiyosaurus, pterosaurus, plesiosaurus, amonit, dan belemnit punah. Mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembang menjadi banyak bentuk yang berlainan.
d. Neozoikum
Zaman Neozoikum atau Kainozoikum berlangsung sekitar 60 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan keadaan fisik atau iklim di bumi yang sudah membaik. Neozoikum atau Kainozoikum dibagi menjadi menjadi dua zaman, yaitu zaman Tersier dan zaman Kuartier.
1) Zaman Tersier
Pada zaman Tersier berkembang pesat jenis kehidupan, seperti primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta. Selain itu, hewan menyusui mengalami perkembangan sangat pesat, sedangkan kelompok reptil lambat laun mulai lenyap.
Zaman Tersier dibagi menjadi lima masa, yaitu Paleosen, Eosen, Oligosen, Miosen, dan Pliosen. Pada zaman ini, secara umum bumi dikuasai oleh hewan-hewan raksasa menyusui. Setelah masuk zaman Kuarter Awal atau mulai adanya manusia bumi pertama, bumi dapat dikuasai oleh manusia. Hal itu karena manusia purba mempunyai kelebihan dalam menggunakan akalnya daripada hewan purba. Akhirnya, secara berangsur-angsur manusia purba dapat menguasai seluruh alam yang tampak dari tahap-tahap perkembangan budayanya.
2) Zaman Kuarter
Zaman Kuarter merupakan zaman terakhir dari sejarah geologi bumi. Zaman ini dianggap sebagai zaman terpenting bagi sejarah bumi. Pada zaman Kuarter, semua bentuk kehidupan di bumi (darat, laut, dan udara) berkembang. Kondisi tersebut ditandai dengan muncul kehidupan manusia di bumi. Secara keseluruhan zaman Kuarter dibagi menjadi dua masa, yaitu Plestosen dan Holosen.
a) Plestosen
Masa Plestosen dikenal juga dengan zaman Dilluvium. Masa Plestosen berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu dan merupakan awal munculnya manusia purba di bumi. Plestosen dibagi menjadi tiga, yaitu Plestosen Atas (awal), Plestosen Tengah, dan Plestosen Bawah (akhir). Pada masa Plestosen, Pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan masih menyatu dengan daratan Asia, sedangkan Indonesia timur menyatu dengan Australia. Pada masa Plestosen, suhu bumi mengalami penurunan sangat drastis sehingga es yang ada di Kutub Utara meluas. Zaman ini disebut juga zaman es. Ketika suhu bumi meningkat, sebagian es kemudian mencair atau dikenal dengan zaman interglasial.
Pencairan es di kutub mengakibatkan pulau-pulau di Indonesia terpisah dengan daratan Asia atau Australia oleh lautan. Wilayah daratan yang terendam oleh air laut. Bekas daratan Asia yang sekarang menjadi dasar laut disebut Paparan Sunda, sedangkan bekas daratan Australia yang terendam air laut disebut Paparan Sahul. Kedua paparan tersebut dipisahkan oleh zona Wallace (garis Wallace). Garis Wallace merupakan garis batas fauna (zoogeografis). Fauna Indonesia yang berada di sebelah barat memiliki banyak kemiripan dengan fauna di Asia, sedangkan di sebelah timur faunanya memiliki kesamaan dengan fauna di Benua Australia. Pada masa ini, hewan-hewan yang berbulu tebal seperti mamouth (gajah besar berbulu tebal) mampu bertahan hidup.
b) Holosen
Masa Holosen disebut juga dengan zaman Alluvium. Masa ini berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu. Pada zaman ini, suhu bumi mulai stabil dan masa es berakhir. Dampak mencairnya es adalah meluasnya permukaan air, sehingga menenggelamkan dataran-dataran rendah. Pada masa ini Kepulauan Indonesia telah terbentuk dan tidak lagi menyatu dengan Asia ataupun Australia.
Pada zaman Holosen sudah tidak ada lagi jenis manusia purba yang melakukan migrasi dari Asia ke Indonesia. Zaman Holosen juga ditandai dengan munculnya kehidupan manusia jenis Homo sapiens. Manusia purba jenis Homo sapiens memiliki kesamaan ciri-ciri dengan manusia sekarang.
Pada masa Kuarter banyak hidup manusia purba di Indonesia. Hal itu terbukti dengan banyak ditemukannya fosil-fosil manusia purba pada lapisan Plestosen. Berikut ini tabel mengenai penemuan fosil manusia purba pada zaman Kuarter, baik Holosen maupun Plestosen.
a. Arkaekum
Zaman Arkaekum berlangsung sekitar 2.500 juta hingga 1.200 juta tahun yang lalu. Zaman Arkaekum merupakan masa awal pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Pada zaman ini, bumi masih berupa bola dengan gas yang sangat panas, sehingga belum memungkinkan adanya kehidupan. Suhu bumi mencapai 6.000°C dan suhu awan panasnya mencapai sekitar 300°C — 400°C. Kulit bumi yang masih panas tersebut menyebabkan bumi belum ada penghuninya. Masa ini berlangsung selama 2.500 juta tahun.
b. Paleozoikum
Zaman Paleozoikum berlangsung sekitar 340 juta tahun yang lalu. Pada zaman ini, suhu di bumi sudah mengalami penurunan, namun belum stabil, sehingga iklim masih sering berubah-ubah. Kondisi bumi masih sangat labil dalam proses pembentukannya.
Paleozoikum disebutjuga sebagai zaman primer atau zaman pertama karena sudah mulai muncul kehidupan. Jenis kehidupan yang ada di zaman Paleozoikum adalah protozoa, ikan, dan amfibi tertua, serta jenis ganggang atau rumput-rumputan. Kesimpulan ini didasarkan pada penemuan sisa-sisa kehidupan yang telah membatu (menjadi fosil). Zaman ini dibagi menjadi enam periode. Berdasarkan urutan periodisasi dari yang paling tua, yaitu Kambrium, Ordovisium, Silur, Devon, Karbon, dan Perm.
c. Mesozoikum
Zaman Mesozoikum berlangsung sekitar 140 juta tahun yang lalu. Pada zaman ini perkembangan kehidupan sangat pesat. Kehidupan terutama didominasi oleh kehidupan reptil raksasa, sehingga zaman ini disebut juga zaman reptil atau zaman sekunder atau zaman kedua. Jenis-jenis reptil raksasa, antara lain dinosaurus yang panjangnya mencapai 12 meter dan antlantosaurus yang panjangnya mencapai 30 meter. Pada zaman ini mulai tampak jenis-jenis burung dan hewan menyusui yang tingkatannya masih rendah.
Zaman Mesozoikum ditandai dengan aktivitas tektonik, iklim, dan evolusi. Benua-benua secara perlahan mengalami pergeseran dari saling menyatu satu sama lain menjadi seperti keadaannya saat ini. Pergeseran ini menimbulkan spesiasi dan berbagai perkembangan evolusi penting lainnya. Pada masa ini pula muncul pohon-pohon besar dan iklim mulai lebih baik dari zaman sebelumnya, meskipun secara umum zaman ini suhu bumi belum stabil.
Zaman Paleozoikum dibagi menjadi tiga periode, yaitu Trias, Jura, dan Kapur. Pembagian periode ini diawali oleh Giovanni Arduino pada abad ke-18. Pada akhir zaman ini, dinosaurus, ichtiyosaurus, pterosaurus, plesiosaurus, amonit, dan belemnit punah. Mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembang menjadi banyak bentuk yang berlainan.
d. Neozoikum
Zaman Neozoikum atau Kainozoikum berlangsung sekitar 60 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan keadaan fisik atau iklim di bumi yang sudah membaik. Neozoikum atau Kainozoikum dibagi menjadi menjadi dua zaman, yaitu zaman Tersier dan zaman Kuartier.
1) Zaman Tersier
Pada zaman Tersier berkembang pesat jenis kehidupan, seperti primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta. Selain itu, hewan menyusui mengalami perkembangan sangat pesat, sedangkan kelompok reptil lambat laun mulai lenyap.
Zaman Tersier dibagi menjadi lima masa, yaitu Paleosen, Eosen, Oligosen, Miosen, dan Pliosen. Pada zaman ini, secara umum bumi dikuasai oleh hewan-hewan raksasa menyusui. Setelah masuk zaman Kuarter Awal atau mulai adanya manusia bumi pertama, bumi dapat dikuasai oleh manusia. Hal itu karena manusia purba mempunyai kelebihan dalam menggunakan akalnya daripada hewan purba. Akhirnya, secara berangsur-angsur manusia purba dapat menguasai seluruh alam yang tampak dari tahap-tahap perkembangan budayanya.
2) Zaman Kuarter
Zaman Kuarter merupakan zaman terakhir dari sejarah geologi bumi. Zaman ini dianggap sebagai zaman terpenting bagi sejarah bumi. Pada zaman Kuarter, semua bentuk kehidupan di bumi (darat, laut, dan udara) berkembang. Kondisi tersebut ditandai dengan muncul kehidupan manusia di bumi. Secara keseluruhan zaman Kuarter dibagi menjadi dua masa, yaitu Plestosen dan Holosen.
a) Plestosen
Masa Plestosen dikenal juga dengan zaman Dilluvium. Masa Plestosen berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu dan merupakan awal munculnya manusia purba di bumi. Plestosen dibagi menjadi tiga, yaitu Plestosen Atas (awal), Plestosen Tengah, dan Plestosen Bawah (akhir). Pada masa Plestosen, Pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan masih menyatu dengan daratan Asia, sedangkan Indonesia timur menyatu dengan Australia. Pada masa Plestosen, suhu bumi mengalami penurunan sangat drastis sehingga es yang ada di Kutub Utara meluas. Zaman ini disebut juga zaman es. Ketika suhu bumi meningkat, sebagian es kemudian mencair atau dikenal dengan zaman interglasial.
Pencairan es di kutub mengakibatkan pulau-pulau di Indonesia terpisah dengan daratan Asia atau Australia oleh lautan. Wilayah daratan yang terendam oleh air laut. Bekas daratan Asia yang sekarang menjadi dasar laut disebut Paparan Sunda, sedangkan bekas daratan Australia yang terendam air laut disebut Paparan Sahul. Kedua paparan tersebut dipisahkan oleh zona Wallace (garis Wallace). Garis Wallace merupakan garis batas fauna (zoogeografis). Fauna Indonesia yang berada di sebelah barat memiliki banyak kemiripan dengan fauna di Asia, sedangkan di sebelah timur faunanya memiliki kesamaan dengan fauna di Benua Australia. Pada masa ini, hewan-hewan yang berbulu tebal seperti mamouth (gajah besar berbulu tebal) mampu bertahan hidup.
b) Holosen
Masa Holosen disebut juga dengan zaman Alluvium. Masa ini berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu. Pada zaman ini, suhu bumi mulai stabil dan masa es berakhir. Dampak mencairnya es adalah meluasnya permukaan air, sehingga menenggelamkan dataran-dataran rendah. Pada masa ini Kepulauan Indonesia telah terbentuk dan tidak lagi menyatu dengan Asia ataupun Australia.
Pada zaman Holosen sudah tidak ada lagi jenis manusia purba yang melakukan migrasi dari Asia ke Indonesia. Zaman Holosen juga ditandai dengan munculnya kehidupan manusia jenis Homo sapiens. Manusia purba jenis Homo sapiens memiliki kesamaan ciri-ciri dengan manusia sekarang.
Pada masa Kuarter banyak hidup manusia purba di Indonesia. Hal itu terbukti dengan banyak ditemukannya fosil-fosil manusia purba pada lapisan Plestosen. Berikut ini tabel mengenai penemuan fosil manusia purba pada zaman Kuarter, baik Holosen maupun Plestosen.
Perkembangbiakan Vegetatif pada Tumbuhan
Perkembangbiakan vegetatif atau perkembangbiakan secara tidak kawin adalah perkembangbiakan yang terjadi tanpa melibatkan alat perkawinan sehingga sama sekali tidak tergantung pada adanya alat kelamin. Berdasarkan cara terjadinya, perkembangbiakan vegetatif dibedakan menjadi dua, yaitu perkembangbiakan vegetatif alamiah dan perkembangbiakan vegetatif buatan.
Perkembangbiakan vegetatif alamiah terjadi apabila terbentuknya individu baru terjadi dengan sendirinya (tanpa bantuan manusia). Apabila kita menanam sebatang pohon pisang, kemudian selang beberapa bulan di samping induk pohon pisang tersebut tumbuh tunas-tunas pohon pisang yang baru, itulah contoh pembentukan individu baru secara vegetatif alamiah.
Perkembangbiakan vegetatif buatan terjadi apabila manusia melakukan budi daya terhadap suatu tanaman untuk memperoleh keturunan baru secara vegetatif. Mencangkok adalah salah satu contoh perkembangbiakan vegetatif secara buatan. Cangkokan mangga tidak mungkin ada secara alamiah, karena merupakan budi daya manusia untuk memperoleh bibit unggul tanpa melalui penyemaian biji.
Perkembangbiakan vegetatif alamiah terjadi apabila terbentuknya individu baru terjadi dengan sendirinya (tanpa bantuan manusia). Apabila kita menanam sebatang pohon pisang, kemudian selang beberapa bulan di samping induk pohon pisang tersebut tumbuh tunas-tunas pohon pisang yang baru, itulah contoh pembentukan individu baru secara vegetatif alamiah.
Perkembangbiakan vegetatif buatan terjadi apabila manusia melakukan budi daya terhadap suatu tanaman untuk memperoleh keturunan baru secara vegetatif. Mencangkok adalah salah satu contoh perkembangbiakan vegetatif secara buatan. Cangkokan mangga tidak mungkin ada secara alamiah, karena merupakan budi daya manusia untuk memperoleh bibit unggul tanpa melalui penyemaian biji.
Sabtu, 07 Mei 2016
Perkembangbiakan Vegetatif Buatan
Bidang pertanian merupakan bidang yang menentukan kehidupan manusia karena mampu menyediakan bahan makanan bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satu cara yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan hasil pertanian adalah mengupayakan perkembangbiakan vegetatif buatan, yaitu usaha manusia untuk memperoleh keturunan dari suatu tumbuhan seperti yang diharapkan. Cara perkembangbiakan vegetatif buatan meliputi mencangkok, menempel, menyambung, merunduk dan setek.
a. Mencangkok
Mencangkok banyak dilakukan manusia pada tanaman buah-buahan, seperti jambu, jeruk, belimbing, dan mangga. Namun, tidak semua tanaman buah-buahan dapat dicangkok. Karena itu, untuk mencangkok tanaman buah-buahan harus memperhatikan ciri-ciri tanaman yang dapat dicangkok, yaitu sebagai berikut. Batang tanaman harus berkambium, bagus, subur, kuat, dan tidak terserang penyakit. Percabangan yang akan dicangkok harus lurus dan tegak, serta mempunyai garis tengah sekitar 2,5 cm.
Perkembangbiakan dengan cara mencangkok menghasilkan keturunan yang mempunyai sifat sama dengan sifat induknya. Keturunan yang diperoleh lebih cepat berproduksi. Di samping itu, perkembangbiakan tidak tergantung pada buah atau biji induknya. Ketiga hal tersebut merupakan kelebihan perkembangbiakan dengan cara mencangkok.
Akan tetapi, perkembangbiakan dengan cara mencangkok juga mempunyai kelemahan, yaitu sebagai berikut. Tanaman hasil cangkokan mempunyai perakaran yang tidak kuat. Tanaman yang terlalu banyak dicangkok mudah mati. Dari induk tanaman hanya diperoleh sedikit keturunan. Tanaman mudah terserang penyakit berupa virus atau cendawan, serta tidak diperoleh variasi sifat baru.
b. Menempel
Pernahkah kamu melihat satu pohon menghasilkan buah yang berbeda varietas? Dengan teknik perkembangbiakan tertentu satu pohon mangga dapat menghasilkan tiga macam mangga. Cara yang biasa digunakan adalah okulasi atau menempel. Suatu cara yang dilakukan manusia untuk menggabungkan sifat-sifat dua tanaman yang sejenis disebut okulasi. Misalnya, ada jenis tanaman jeruk yang berbatang kuat, tetapi berbuah masam, sedangkan tanaman lainnya berbuah manis, tetapi sistem perakarannya lemah. Budi daya okulasi atau menempel dapat dilakukan dengan cara tanaman yang berbatang kuat dijadikan sebagai batang bawah dan yang buahnya manis dijadikan sebagai batang atas. Dengan demikian akan diperoleh tanaman berbuah manis dan berbatang kuat.
Pada hakikatnya, okulasi adalah memindahkan (dengan cara menempelkan) mata tunas tanaman satu pada batang tanaman lain yang sejenis. Bahkan, pada satu tanaman pokok dapat ditempeli dua atau tiga mata tunas dari varietas yang berbeda sekaligus. Dengan demikian, dapat dihasilkan tiga varietas buah dalam satu pohon.
c. Menyambung
Mungkin kamu pernah melihat tanaman kentang berbuah tomat, sehingga dari tanaman tersebut diperoleh umbi kentang dibagian akarnya dan buah tomat di batangnya. Ini bukan tumbuhan yang ajaib, melainkan suatu bentuk budidaya tanaman yang dipelopori oleh Dr. Lee Eung-Mo dari Korea Selatan pada tahun 1970. la melakukan penggabungan dua jenis tanaman yakni kentang sebagai batang bawah dan batang tomat sebagai batang atasnya sehingga tumbuh menjadi tanaman kentang tomat. Cara demikian pernah dilakukan oleh orang Indonesia di Tahun 1960-an yaitu Pak Mukibat. Ia berhasil menggabungkan tanaman singkong karet dengan tanaman singkong. Batang singkong sebagai batang bawah sedangkan batang bagian atas tanaman singkong karet. Dari cara penggabungan ini diperoleh tanaman singkong unggul yang menghasilkan umbi yang besar dan tahan lama.
Penggabungan dua jenis tanaman dengan menggunakan bagian batang dinamakan cara menyambung atau mengenten, yang pada prinsipnya sama dengan okulasi. Perbedaannya terletak pada bagian yang digabungkan. Menempel mempergunakan mata tunas, sedangkan pada menyambung, batang pokok langsung dipotong dan disambungkan dengan batang tanaman lain yang masih satu marga.
Cara menyambung dan menempel sama-sama menggabungkan dua tanaman semarga yang memiliki keunggulan sifat. Contohnya, batang pokok memiliki perakaran yang kukuh, sedangkan batang yang disambungkan memiliki buah yang manis atau lebih produktif.
Perlu diperhatikan bahwa dalam menyambung daerah kambiurn potongan batang pokok (bagian bawah) harus sangat dekat dengan kambium tanaman atas. Dengan adanya pelindung berupa pembalut dan parafin, kambium, sel kambium, dan kadang-kadang sel pepagan bagian dalam akan membentuk kalus yaitu suatu jaringan penutup Iuka. Jaringan kalus dari kedua batang tanaman yang disambungkan ini akan bersatu, dan membentuk jaringan kambium baru yang mempersatukan kambium kedua batang. Kini kambium secara kontinu menghasilkan lapisan kayu dan lapisan pepagan yang memungkinkan terjadinya translokasi bahan makanan, air, dan mineral. Menyambung sebaiknya dilakukan pada musim hujan atau musim tumbuh saat kambium sedang aktif.
Menyambung paling berhasil apabila dilakukan pada dua tanaman yang berkerabat dekat, biasanya antarsatu spesies. Namun, hal itu bukan jaminan mutlak. Adakalanya sambungan dua tanaman yang satu spesies mengalami kegagalan, tetapi sambungan dua tanaman yang berbeda dapat mengalami suatu keberhasilan. Scbagai contoh, banyak ahli pertanian yang berhasil menggabungkan tanaman tomat dengan takokak (pokak), yakni sejenis terung kecil. Okulasi dan menyambung pada jenis bugenvil mampu menghasilkan satu batang tanaman Bougainvillaea dengan berbagai warna bunga.
d. Merunduk
Pada beberapa jenis tanaman yang secara normal berdiri tegak, apabila batangnya dibengkokkan hingga menyentuh tanah, akan tumbuh akar pada bagian ruas-ruas atau ujung yang menyentuh tanah tersebut. Individu baru yang sama seperti induknya diperoleh dengan cara memotong sambungan batang yang menyentuh tanah dengan batang induk. Perkembangbiakan dengan cara tersebut dinamakan merunduk.
Merunduk dilakukan pada jenis tanaman yang berbatang atau beranting lentur, misalnya, alamanda, kacapiring, dan apel. Setelah sistem perakaran yang tumbuh pada ranting atau batang yang dirundukkan kuat, bagian ranting atau batang yang berhubungan dengan induk atau batang pokok dipotong.
Berdasarkan cara menimbunnya, merunduk dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Runduk biasa, yaitu satu atau dua cabang dibelokkan ke dalam tanah dan setelah tumbuh akar, cabang dapat dipotong dari batang induk.
2) Runduk majemuk, yaitu seluruh cabang yang ada dirundukkan, kemudian ditimbun tanah beberapa atau seluruh cabangnya. Runduk majemuk dapat dilakukan pada anggur dan bunga soka.
3) Runduk timbun, yaitu menimbun tanaman yang sebelumnya dipangkas agar terbentuk pucuk baru di dekat permukaan tanah. Pucuk yang baru ini kemudian dipisahkan dari tumbuhan induknya dan ditanam. Beberapa varietas apel dirundukkan dengan cara runduk timbun.
e. Setek
Setek adalah membuat bibit tanaman dengan cara memotong batang tanaman induk kemudian langsung ditanam. Setek merupakan cara perkembangbiakan vegetatif buatan yang paling mudah dilakukan, dan kegagalannya amat tipis. Namun, tidak semua jenis tanaman bisa dikembangbiakkan dengan setek.
a. Mencangkok
Mencangkok banyak dilakukan manusia pada tanaman buah-buahan, seperti jambu, jeruk, belimbing, dan mangga. Namun, tidak semua tanaman buah-buahan dapat dicangkok. Karena itu, untuk mencangkok tanaman buah-buahan harus memperhatikan ciri-ciri tanaman yang dapat dicangkok, yaitu sebagai berikut. Batang tanaman harus berkambium, bagus, subur, kuat, dan tidak terserang penyakit. Percabangan yang akan dicangkok harus lurus dan tegak, serta mempunyai garis tengah sekitar 2,5 cm.
Perkembangbiakan dengan cara mencangkok menghasilkan keturunan yang mempunyai sifat sama dengan sifat induknya. Keturunan yang diperoleh lebih cepat berproduksi. Di samping itu, perkembangbiakan tidak tergantung pada buah atau biji induknya. Ketiga hal tersebut merupakan kelebihan perkembangbiakan dengan cara mencangkok.
Akan tetapi, perkembangbiakan dengan cara mencangkok juga mempunyai kelemahan, yaitu sebagai berikut. Tanaman hasil cangkokan mempunyai perakaran yang tidak kuat. Tanaman yang terlalu banyak dicangkok mudah mati. Dari induk tanaman hanya diperoleh sedikit keturunan. Tanaman mudah terserang penyakit berupa virus atau cendawan, serta tidak diperoleh variasi sifat baru.
b. Menempel
Pernahkah kamu melihat satu pohon menghasilkan buah yang berbeda varietas? Dengan teknik perkembangbiakan tertentu satu pohon mangga dapat menghasilkan tiga macam mangga. Cara yang biasa digunakan adalah okulasi atau menempel. Suatu cara yang dilakukan manusia untuk menggabungkan sifat-sifat dua tanaman yang sejenis disebut okulasi. Misalnya, ada jenis tanaman jeruk yang berbatang kuat, tetapi berbuah masam, sedangkan tanaman lainnya berbuah manis, tetapi sistem perakarannya lemah. Budi daya okulasi atau menempel dapat dilakukan dengan cara tanaman yang berbatang kuat dijadikan sebagai batang bawah dan yang buahnya manis dijadikan sebagai batang atas. Dengan demikian akan diperoleh tanaman berbuah manis dan berbatang kuat.
Pada hakikatnya, okulasi adalah memindahkan (dengan cara menempelkan) mata tunas tanaman satu pada batang tanaman lain yang sejenis. Bahkan, pada satu tanaman pokok dapat ditempeli dua atau tiga mata tunas dari varietas yang berbeda sekaligus. Dengan demikian, dapat dihasilkan tiga varietas buah dalam satu pohon.
c. Menyambung
Mungkin kamu pernah melihat tanaman kentang berbuah tomat, sehingga dari tanaman tersebut diperoleh umbi kentang dibagian akarnya dan buah tomat di batangnya. Ini bukan tumbuhan yang ajaib, melainkan suatu bentuk budidaya tanaman yang dipelopori oleh Dr. Lee Eung-Mo dari Korea Selatan pada tahun 1970. la melakukan penggabungan dua jenis tanaman yakni kentang sebagai batang bawah dan batang tomat sebagai batang atasnya sehingga tumbuh menjadi tanaman kentang tomat. Cara demikian pernah dilakukan oleh orang Indonesia di Tahun 1960-an yaitu Pak Mukibat. Ia berhasil menggabungkan tanaman singkong karet dengan tanaman singkong. Batang singkong sebagai batang bawah sedangkan batang bagian atas tanaman singkong karet. Dari cara penggabungan ini diperoleh tanaman singkong unggul yang menghasilkan umbi yang besar dan tahan lama.
Penggabungan dua jenis tanaman dengan menggunakan bagian batang dinamakan cara menyambung atau mengenten, yang pada prinsipnya sama dengan okulasi. Perbedaannya terletak pada bagian yang digabungkan. Menempel mempergunakan mata tunas, sedangkan pada menyambung, batang pokok langsung dipotong dan disambungkan dengan batang tanaman lain yang masih satu marga.
Cara menyambung dan menempel sama-sama menggabungkan dua tanaman semarga yang memiliki keunggulan sifat. Contohnya, batang pokok memiliki perakaran yang kukuh, sedangkan batang yang disambungkan memiliki buah yang manis atau lebih produktif.
Perlu diperhatikan bahwa dalam menyambung daerah kambiurn potongan batang pokok (bagian bawah) harus sangat dekat dengan kambium tanaman atas. Dengan adanya pelindung berupa pembalut dan parafin, kambium, sel kambium, dan kadang-kadang sel pepagan bagian dalam akan membentuk kalus yaitu suatu jaringan penutup Iuka. Jaringan kalus dari kedua batang tanaman yang disambungkan ini akan bersatu, dan membentuk jaringan kambium baru yang mempersatukan kambium kedua batang. Kini kambium secara kontinu menghasilkan lapisan kayu dan lapisan pepagan yang memungkinkan terjadinya translokasi bahan makanan, air, dan mineral. Menyambung sebaiknya dilakukan pada musim hujan atau musim tumbuh saat kambium sedang aktif.
Menyambung paling berhasil apabila dilakukan pada dua tanaman yang berkerabat dekat, biasanya antarsatu spesies. Namun, hal itu bukan jaminan mutlak. Adakalanya sambungan dua tanaman yang satu spesies mengalami kegagalan, tetapi sambungan dua tanaman yang berbeda dapat mengalami suatu keberhasilan. Scbagai contoh, banyak ahli pertanian yang berhasil menggabungkan tanaman tomat dengan takokak (pokak), yakni sejenis terung kecil. Okulasi dan menyambung pada jenis bugenvil mampu menghasilkan satu batang tanaman Bougainvillaea dengan berbagai warna bunga.
d. Merunduk
Pada beberapa jenis tanaman yang secara normal berdiri tegak, apabila batangnya dibengkokkan hingga menyentuh tanah, akan tumbuh akar pada bagian ruas-ruas atau ujung yang menyentuh tanah tersebut. Individu baru yang sama seperti induknya diperoleh dengan cara memotong sambungan batang yang menyentuh tanah dengan batang induk. Perkembangbiakan dengan cara tersebut dinamakan merunduk.
Merunduk dilakukan pada jenis tanaman yang berbatang atau beranting lentur, misalnya, alamanda, kacapiring, dan apel. Setelah sistem perakaran yang tumbuh pada ranting atau batang yang dirundukkan kuat, bagian ranting atau batang yang berhubungan dengan induk atau batang pokok dipotong.
Berdasarkan cara menimbunnya, merunduk dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Runduk biasa, yaitu satu atau dua cabang dibelokkan ke dalam tanah dan setelah tumbuh akar, cabang dapat dipotong dari batang induk.
2) Runduk majemuk, yaitu seluruh cabang yang ada dirundukkan, kemudian ditimbun tanah beberapa atau seluruh cabangnya. Runduk majemuk dapat dilakukan pada anggur dan bunga soka.
3) Runduk timbun, yaitu menimbun tanaman yang sebelumnya dipangkas agar terbentuk pucuk baru di dekat permukaan tanah. Pucuk yang baru ini kemudian dipisahkan dari tumbuhan induknya dan ditanam. Beberapa varietas apel dirundukkan dengan cara runduk timbun.
e. Setek
Setek adalah membuat bibit tanaman dengan cara memotong batang tanaman induk kemudian langsung ditanam. Setek merupakan cara perkembangbiakan vegetatif buatan yang paling mudah dilakukan, dan kegagalannya amat tipis. Namun, tidak semua jenis tanaman bisa dikembangbiakkan dengan setek.
Perkembangbiakan Vegetatif Alamiah
Tanaman pisang, bambu dan jahe dapat tumbuh berbentuk rumpun, meskipun yang ditanam hanya sebatang. Tanaman cocor bebek akan menghasilkan individu baru pada ujung-ujung daunnya, dan masih banyak lagi tumbuhan yang dapat menghasilkan individu baru tanpa melalui pembuahan dan tanpa bantuan manusia. Cara perkembangbiakan demikian disebut perkembangbiakan: vegetatif alamiah. Perkembangbiakan vegetatif alamiah meliputi perkembangbiakan dengan membelah diri, spora, tunas, tunas adventif, rizoma, umbi batang, umbi akar, umbi lapis, dan geragih.
a. Membelah Diri
Cara perkembangbiakan dengan membelah diri banyak dijumpai pada tumbuhan bersel satu, misalnya bakteri dan ganggang bersel satu. Bila keadaan lingkungan baik, tumbuhan tersebut akan membelah. Peristiwa tersebut dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjadi dua, kemudian diikuti oleh pembelahan sitoplasma menjadi dua, yang masing-masing menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma menggenting diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Setelah sitoplasma benar-benar saling memisah maka terbentuklah dua sel baru yang masing-masing mempunyai inti dan sitoplasma.
b. Spora
Spora merupakan hasil perkembangbiakan secara vegetatif. Perkembangbiakan dengan spora banyak terjadi pada jamur, ganggang, lumut, dan paku-pakuan.
Spora pada jamur dibentuk di dalam sporangium (kotak spora) yang biasanya terletak di ujung hifa. Di dalam sporangium terdapat sel induk spora yang akan membelah berkali-kali membentuk spora, sehingga dalam setiap sporangium dapat dihasilkan banyak spora. Bila spora telah masak, kotak spora akan pecah dan spora berhamburan keluar kemudian tumbuh menjadi tumbuhan baru, bila jatuh pada tempat yang sesuai.
Sporangium pada ganggang terdapat pada tubuhnya sendiri. Spora ganggang umumnya dilengkapi dengan alat gerak yang berupa bulu cambuk atau bulu getar sehingga dapat bergerak bebas. Spora yang demikian itu disebut zoospora.
Pada lumut, sporangium terdapat pada badan penghasil spora yang disebut sporogonium. Sporogonium merupakan hasil perkembangbiakan generatif yang tetap menyatu dengan tumbuhan lumut.
Tumbuhan paku mempunyai dua macam daun, yaitu daun penghasil spora (sporofil) dan daun yang berfungsi untuk fotosintesis (tropofil). Sporofil disebut juga daun fertil (subur), sedangkan tropofil disebut juga daun steril (mandul). Pada permukaan bawah sporofil terdapat bintik-bintik berwarna kuning, cokelat, atau cokelat kehitaman. Bintik tersebut adalah sorus yang berkumpul menjadi satu diselubungi oleh suatu selaput yang disebut indusium. Bila spora masak, maka sporangium pecah dan spora berhamburan keluar.
c. Tunas
Pada beberapa jenis tumbuhan seperti tebu, pisang, dan bambu, batang yang terdapat di dalam tanah dapat bertunas. Tunas tersebut sebenarnya berasal dari tunas ruas batang dan dapat tumbuh menjadi tanaman baru di dekat induknya sehingga akan membentuk rumpun.
d. Tunas Adventif
Tunas adventif atau tunas liar merupakan tunas yang tumbuh bukan pada ketiak dawn atau ujung batang. Tunas semacam ini dapat dijumpai pada daun cocor bebek, akar sukun, kesemek, cemara, apel, dan pada umbi ketela rambat.
e. Rizoma
Rizoma atau akar rimpang merupakan batang yang tumbuh mendatar di bawah permukaan tanah. Rizoma mempunyai bentuk menyerupai akar, tetapi berbuku-buku seperti batang dan pada ujungnya terdapat kuncup. Pada setiap buku terdapat daun yang berubah bentuk menjadi sisik, dan pada setiap ketiak sisik terdapat tunas.
Tanaman baru yang tumbuh dari kuncup ujung rizoma tetap bergabung dengan induknya dan membentuk rumpun. Contoh tanaman yang berkembang biak dengan rizoma adalah kunyit, lengkuas, sanseivera, dan temulawak.
f. Umbi Batang
Umbi batang sebenarnya merupakan batang yang tumbuh ke dalam tanah. Umbi batang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan cadangan makanan terutama zat tepung. Contoh umbi batang adalah kentang dan gembili.
Pada permukaan umbi batang terdapat daun yang berbentuk sisik. Pada ketiak sisik tersebut terdapat kuncup-kuncup ketiak. Sisik dan kuncup tersebut membentuk mata yang dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru bila kondisi lingkungan memungkinkan.
g. Umbi Akar
Umbi akar adalah akar yang berubah fungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Umbi akar dapat ditemukan pada singkong dan dahlia. Umbi akar tidak berbuku-buku, tidak bersisik daun, dan tidak mempunyai mata tunas. Oleh karena itu, bila hanya umbi yang ditanam tidak akan dapat tumbuh, tetapi bila umbi tersebut masih melekat pada batang induknya, maka tunas yang terdapat pada pangkal batang dapat tumbuh menjadi kuncup yang selanjutnya menjadi tumbuhan baru.
h. Umbi Lapis
Umbi lapis terdiri atas cakram dan umbi yang berlapis-lapis. Cakram sebenarnya merupakan batang yang terdapat di dalam tanah dan mempunyai buku yang sangat rapat. Pada setiap buku tumbuh daun yang pelepahnya bertumpuk berlapis-lapis membentuk umbi lapis. Umbi lapis berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Pada setiap ketiak daun terdapat tunas ketiak. Tunas ketiak terluar dapat membentuk kuncup (slung) yang dapat tumbuh menjadi umbi lapis baru. Cara perkembangbiakan dengan umbi lapis dapat dijumpai pada bawang merah, bawang putih, bakung, dan bunga tulip.
i. Geragih atau Stolon
Geragih adalah batang yang tumbuh menjalar di atas atau di bawah permukaan tanah. Pada geragih terdapat buku-buku dengan tunas-tunas yang dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru. Di bagian bawah tunas tersebut tumbuh akar-akar serabut baru.
Kuncup bagian ujung umumnya menyentuh tanah. Setelah jauh dari induknya, ujung geragih akan membelok ke atas dan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Meskipun tumbuhan baru tetap berhubungan dengan induknya, namun hidupnya sudah tidak bergantung pada induknya. Tumbuhan yang berkembang biak dengan geragih misalnya pegagan, arbei, dan rumput teki.
a. Membelah Diri
Cara perkembangbiakan dengan membelah diri banyak dijumpai pada tumbuhan bersel satu, misalnya bakteri dan ganggang bersel satu. Bila keadaan lingkungan baik, tumbuhan tersebut akan membelah. Peristiwa tersebut dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjadi dua, kemudian diikuti oleh pembelahan sitoplasma menjadi dua, yang masing-masing menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma menggenting diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Setelah sitoplasma benar-benar saling memisah maka terbentuklah dua sel baru yang masing-masing mempunyai inti dan sitoplasma.
b. Spora
Spora merupakan hasil perkembangbiakan secara vegetatif. Perkembangbiakan dengan spora banyak terjadi pada jamur, ganggang, lumut, dan paku-pakuan.
Spora pada jamur dibentuk di dalam sporangium (kotak spora) yang biasanya terletak di ujung hifa. Di dalam sporangium terdapat sel induk spora yang akan membelah berkali-kali membentuk spora, sehingga dalam setiap sporangium dapat dihasilkan banyak spora. Bila spora telah masak, kotak spora akan pecah dan spora berhamburan keluar kemudian tumbuh menjadi tumbuhan baru, bila jatuh pada tempat yang sesuai.
Sporangium pada ganggang terdapat pada tubuhnya sendiri. Spora ganggang umumnya dilengkapi dengan alat gerak yang berupa bulu cambuk atau bulu getar sehingga dapat bergerak bebas. Spora yang demikian itu disebut zoospora.
Pada lumut, sporangium terdapat pada badan penghasil spora yang disebut sporogonium. Sporogonium merupakan hasil perkembangbiakan generatif yang tetap menyatu dengan tumbuhan lumut.
Tumbuhan paku mempunyai dua macam daun, yaitu daun penghasil spora (sporofil) dan daun yang berfungsi untuk fotosintesis (tropofil). Sporofil disebut juga daun fertil (subur), sedangkan tropofil disebut juga daun steril (mandul). Pada permukaan bawah sporofil terdapat bintik-bintik berwarna kuning, cokelat, atau cokelat kehitaman. Bintik tersebut adalah sorus yang berkumpul menjadi satu diselubungi oleh suatu selaput yang disebut indusium. Bila spora masak, maka sporangium pecah dan spora berhamburan keluar.
c. Tunas
Pada beberapa jenis tumbuhan seperti tebu, pisang, dan bambu, batang yang terdapat di dalam tanah dapat bertunas. Tunas tersebut sebenarnya berasal dari tunas ruas batang dan dapat tumbuh menjadi tanaman baru di dekat induknya sehingga akan membentuk rumpun.
d. Tunas Adventif
Tunas adventif atau tunas liar merupakan tunas yang tumbuh bukan pada ketiak dawn atau ujung batang. Tunas semacam ini dapat dijumpai pada daun cocor bebek, akar sukun, kesemek, cemara, apel, dan pada umbi ketela rambat.
e. Rizoma
Rizoma atau akar rimpang merupakan batang yang tumbuh mendatar di bawah permukaan tanah. Rizoma mempunyai bentuk menyerupai akar, tetapi berbuku-buku seperti batang dan pada ujungnya terdapat kuncup. Pada setiap buku terdapat daun yang berubah bentuk menjadi sisik, dan pada setiap ketiak sisik terdapat tunas.
Tanaman baru yang tumbuh dari kuncup ujung rizoma tetap bergabung dengan induknya dan membentuk rumpun. Contoh tanaman yang berkembang biak dengan rizoma adalah kunyit, lengkuas, sanseivera, dan temulawak.
f. Umbi Batang
Umbi batang sebenarnya merupakan batang yang tumbuh ke dalam tanah. Umbi batang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan cadangan makanan terutama zat tepung. Contoh umbi batang adalah kentang dan gembili.
Pada permukaan umbi batang terdapat daun yang berbentuk sisik. Pada ketiak sisik tersebut terdapat kuncup-kuncup ketiak. Sisik dan kuncup tersebut membentuk mata yang dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru bila kondisi lingkungan memungkinkan.
g. Umbi Akar
Umbi akar adalah akar yang berubah fungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Umbi akar dapat ditemukan pada singkong dan dahlia. Umbi akar tidak berbuku-buku, tidak bersisik daun, dan tidak mempunyai mata tunas. Oleh karena itu, bila hanya umbi yang ditanam tidak akan dapat tumbuh, tetapi bila umbi tersebut masih melekat pada batang induknya, maka tunas yang terdapat pada pangkal batang dapat tumbuh menjadi kuncup yang selanjutnya menjadi tumbuhan baru.
h. Umbi Lapis
Umbi lapis terdiri atas cakram dan umbi yang berlapis-lapis. Cakram sebenarnya merupakan batang yang terdapat di dalam tanah dan mempunyai buku yang sangat rapat. Pada setiap buku tumbuh daun yang pelepahnya bertumpuk berlapis-lapis membentuk umbi lapis. Umbi lapis berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Pada setiap ketiak daun terdapat tunas ketiak. Tunas ketiak terluar dapat membentuk kuncup (slung) yang dapat tumbuh menjadi umbi lapis baru. Cara perkembangbiakan dengan umbi lapis dapat dijumpai pada bawang merah, bawang putih, bakung, dan bunga tulip.
i. Geragih atau Stolon
Geragih adalah batang yang tumbuh menjalar di atas atau di bawah permukaan tanah. Pada geragih terdapat buku-buku dengan tunas-tunas yang dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru. Di bagian bawah tunas tersebut tumbuh akar-akar serabut baru.
Kuncup bagian ujung umumnya menyentuh tanah. Setelah jauh dari induknya, ujung geragih akan membelok ke atas dan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Meskipun tumbuhan baru tetap berhubungan dengan induknya, namun hidupnya sudah tidak bergantung pada induknya. Tumbuhan yang berkembang biak dengan geragih misalnya pegagan, arbei, dan rumput teki.
Perkembangbiakan Generatif pada Tumbuhan
Perhatikanlah tanaman jambu air yang sedang berbunga. Biasanya di sekitar bunga akan terdapat banyak lebah yang mengambil sari-sari bunga. Namun, pada saat lebah-lebah tersebut mengambil sari bunga dari bunga yang satu ke bunga yang lain, butir-butir serbuk sari (alat kelamin jantan) terbawa dan melekat pada kepala putik (alat kelamin betina). Peristiwa jatuhnya butir-butir serbuk sari di kepala putik disebut penyerbukan atau persarian.
Penyerbukan akan diikuti dengan pembuahan, yaitu bertemunya sel kelamin jantan dan betina. Pembuahan akan dilanjutkan dengan pembentukan biji yang merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan. Perkembangbiakan tumbuhan yang ditandai dengan pertemuan sel kelamin jantan dan betina disebut perkembangbiakan generatif.
Istilah penyerbukan tidak bisa terlepas dari bunga yang merupakan alat kelamin dari tumbuhan biji. Oleh sebab itu, tumbuhan biji sering disebut sebagai anthophyta, yang artinya tumbuhan yang menghasilkan bunga, atau phanerogamae, artinya tumbuhan yang alat kelaminnya tampak dari luar. Tumbuhan paku merupakan jenis tumbuhan yang tergolong cryptogamae, yang artinya alat kelaminnya tersembunyi.
Pada satu bunga bisa terdapat alat kelamin jantan atau betina saja atau bahkan keduanya. Alat kelamin jantan berupa benang sari yang mempunyai serbuk sari, sedangkan alat kelamin betina berupa putik.
Bunga yang di dalamnya terdapat benang sari dan putik sekaligus dalam satu tangkai dikatakan sebagai bunga sempurna atau hermafrodit. Misalnya, bunga jeruk, bunga mangga, bunga jambu air dan bunga rambutan. Bunga tanaman-tanaman tersebut dapat membentuk buah dan biji tanpa menunggu bunga dari tanaman lain yang sejenis.
Penyerbukan akan diikuti dengan pembuahan, yaitu bertemunya sel kelamin jantan dan betina. Pembuahan akan dilanjutkan dengan pembentukan biji yang merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan. Perkembangbiakan tumbuhan yang ditandai dengan pertemuan sel kelamin jantan dan betina disebut perkembangbiakan generatif.
Istilah penyerbukan tidak bisa terlepas dari bunga yang merupakan alat kelamin dari tumbuhan biji. Oleh sebab itu, tumbuhan biji sering disebut sebagai anthophyta, yang artinya tumbuhan yang menghasilkan bunga, atau phanerogamae, artinya tumbuhan yang alat kelaminnya tampak dari luar. Tumbuhan paku merupakan jenis tumbuhan yang tergolong cryptogamae, yang artinya alat kelaminnya tersembunyi.
Pada satu bunga bisa terdapat alat kelamin jantan atau betina saja atau bahkan keduanya. Alat kelamin jantan berupa benang sari yang mempunyai serbuk sari, sedangkan alat kelamin betina berupa putik.
Bunga yang di dalamnya terdapat benang sari dan putik sekaligus dalam satu tangkai dikatakan sebagai bunga sempurna atau hermafrodit. Misalnya, bunga jeruk, bunga mangga, bunga jambu air dan bunga rambutan. Bunga tanaman-tanaman tersebut dapat membentuk buah dan biji tanpa menunggu bunga dari tanaman lain yang sejenis.
Periodisasi dan Perkembangan Budaya Masyarakat Awal di Indonesia
Pada masa praksara, manusia purba sudah dapat menghasilkan suatu kebudayaan tersendiri. Oleh karena itu, kebudayaan merupakan suatu hasil peradaban sejak manusia ada. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa Sanskerta budaya yang berarti budi atau akal. Kebudayaan dikatakan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Kebudayaan menyangkut perkembangan cipta, rasa, dan karsa dalam rentang waktu cukup lama.
Terdapat berbagai cara untuk mempelajari dan menelaah suatu kebudayaan pada masa lampau. Soekmono membuatkan periodisasi berdasarkan arkeologi untuk menelaah kembali mengenai perkembangan kebudayaan manusia. Arkeologi adalah bahan-bahan berupa peninggalan hasil kebudayaan. Soekmono mengelompokkan zaman prasejarah berdasarkan hasil kebudayaan menjadi dua, yaitu zaman batu dan zaman logam.
a. Zaman batu
Zaman batu merupakan suatu periode yang peralatan dalam kehidupannya menggunakan alat dari batu. Peralatan dari bahan batu merupakan contoh hasil kebudayaan manusia purba yang bertahan sampai sekarang. Batu merupakan bahan yang dapat bertahan lama dibandingkan peralatan dari bahan kayu ataupun bambu. Kebudayaan batu dapat dikelompokkan menjadi empat zaman, yaitu Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum.
b. Zaman logam
Zaman logam diperkirakan berlangsung tahun 300 SM. Zaman logam sebenarnya terbagi dalam tiga bagian, yaitu zaman tembaga, perunggu, dan besi. Namun, kebudayaan logam di Indonesia langsung dimulai dari bahan perunggu ke bahan besi. Hasil kebudayaan tembaga umumnya berupa periuk dan belanga. Namun, di Indonesia hasil kebudayaan tembaga tidak banyak ditemukan. Kebudayaan perunggu merupakan logam campuran antara tembaga dan timah. Contoh kebudayaan perunggu adalah jenis nekara dan kapak corong. Alat-alat tersebut banyak ditemukan di Indonesia. Puncak kebudayaan pada zaman logam adalah digunakannya peralatan dari besi. Peralatan yang digunakan, di antaranya mata pisau, kapak, cangkul, dan tombak. Ciri-ciri kehidupan pada zaman logam, yaitu sudah menetap, mengenal teknologi perundagian, dan mengenal perdagangan barter.
Pada zaman logam, teknik pembuatan logam dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik a cire perdue dan bivalve.
1) Teknik a cire perdue
Teknik a cire perdue diawali dengan membuat bentuk benda yang dikehendaki menggunakan lilin. Setelah model dari lilin terbentuk, cetakan ditutup dengan menggunakan tanah serta dibuat lubang dari atas dan bawah. Setelah itu, cetakan dibakar, sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah mencair dan keluar melalui lubang bagian bawah. Melalui lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu. Apabila sudah dingin, cetakan tersebut dipecah, sehingga keluarlah benda yang dikehendaki.
2) Teknik bivalve
Teknik bivalve disebut juga dengan teknik setangkup. Teknik ini dilakukan dengan cara menangkupkan dua cetakan yang telah disiapkan. Berbeda dengan teknik a cire perdue, cetakan teknik bivalve dapat digunakan berulang-ulang.
Zaman logam memiliki kaitan yang erat dengan kebudayaan Dongson. Hal ini dikarenakan banyak ditemukan barang-barang dari perunggu di daerah Dongson. Dongson merupakan wilayah di Tonkin, Vietnam. Kebudayaan Dongson juga berpengaruh di Indonesia.
Terdapat berbagai cara untuk mempelajari dan menelaah suatu kebudayaan pada masa lampau. Soekmono membuatkan periodisasi berdasarkan arkeologi untuk menelaah kembali mengenai perkembangan kebudayaan manusia. Arkeologi adalah bahan-bahan berupa peninggalan hasil kebudayaan. Soekmono mengelompokkan zaman prasejarah berdasarkan hasil kebudayaan menjadi dua, yaitu zaman batu dan zaman logam.
a. Zaman batu
Zaman batu merupakan suatu periode yang peralatan dalam kehidupannya menggunakan alat dari batu. Peralatan dari bahan batu merupakan contoh hasil kebudayaan manusia purba yang bertahan sampai sekarang. Batu merupakan bahan yang dapat bertahan lama dibandingkan peralatan dari bahan kayu ataupun bambu. Kebudayaan batu dapat dikelompokkan menjadi empat zaman, yaitu Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum.
b. Zaman logam
Zaman logam diperkirakan berlangsung tahun 300 SM. Zaman logam sebenarnya terbagi dalam tiga bagian, yaitu zaman tembaga, perunggu, dan besi. Namun, kebudayaan logam di Indonesia langsung dimulai dari bahan perunggu ke bahan besi. Hasil kebudayaan tembaga umumnya berupa periuk dan belanga. Namun, di Indonesia hasil kebudayaan tembaga tidak banyak ditemukan. Kebudayaan perunggu merupakan logam campuran antara tembaga dan timah. Contoh kebudayaan perunggu adalah jenis nekara dan kapak corong. Alat-alat tersebut banyak ditemukan di Indonesia. Puncak kebudayaan pada zaman logam adalah digunakannya peralatan dari besi. Peralatan yang digunakan, di antaranya mata pisau, kapak, cangkul, dan tombak. Ciri-ciri kehidupan pada zaman logam, yaitu sudah menetap, mengenal teknologi perundagian, dan mengenal perdagangan barter.
Pada zaman logam, teknik pembuatan logam dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik a cire perdue dan bivalve.
1) Teknik a cire perdue
Teknik a cire perdue diawali dengan membuat bentuk benda yang dikehendaki menggunakan lilin. Setelah model dari lilin terbentuk, cetakan ditutup dengan menggunakan tanah serta dibuat lubang dari atas dan bawah. Setelah itu, cetakan dibakar, sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah mencair dan keluar melalui lubang bagian bawah. Melalui lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu. Apabila sudah dingin, cetakan tersebut dipecah, sehingga keluarlah benda yang dikehendaki.
2) Teknik bivalve
Teknik bivalve disebut juga dengan teknik setangkup. Teknik ini dilakukan dengan cara menangkupkan dua cetakan yang telah disiapkan. Berbeda dengan teknik a cire perdue, cetakan teknik bivalve dapat digunakan berulang-ulang.
Zaman logam memiliki kaitan yang erat dengan kebudayaan Dongson. Hal ini dikarenakan banyak ditemukan barang-barang dari perunggu di daerah Dongson. Dongson merupakan wilayah di Tonkin, Vietnam. Kebudayaan Dongson juga berpengaruh di Indonesia.
Penyerbukan dan Pembuahan
Urutan terbentuknya buah atau biji pada tumbuhan biji diawali dari terbentuknya bunga dan terjadinya proses penyerbukan yang berlanjut pada proses pembuahan. Proses penyerbukan lebih tertuju pada peristiwa yang berkaitan dengan benang sari sebagai alat kelamin jantan dan putik sebagai alat kelamin betina. Sedangkan pembuahan berkait erat dengan fungsi gamet jantan yang dihasilkan oleh benang sari dan gamet betina yang diproduksi oleh putik.
a. Penyerbukan
Sebelum terjadi pembuahan pada tumbuhan biji, terlebih dahulu terjadi peristiwa penyerbukan atau persarian (pollinast), yaitu sampainya serbuk sari pada kepala putik tumbuhan berbiji tertutup atau pada tetes penyerbukan tumbuhan berbiji terbuka. Penyerbukan dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan penyebab sampainya serbuk sari ke tujuan dan berdasarkan asal serbuk sari.
1) Berdasarkan Penyebab Sampainya Serbuk Sari pada Tujuan
Berdasarkan penyebab sampainya serbuk sari pada tujuan, penyerbukan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu anemogami, hidrogami, zoidiogami, dan antropogami.
a) Anemogami
Anemogami adalah penyerbukan yang terjadi dengan bantuan angin. Ciri-ciri bunga yang mengalami penyerbukan dengan bantuan angin ialah serbuk sari banyak dan ringan, tidak mempunyai perhiasan bunga, kepala putik besar, dan kedudukan serbuk sari bergantungan. Misalnya, alang-alang, padi, dan gandum.
b) Hidrogami
Hidrogami adalah penyerbukan yang terjadi dengan bantuan air. Pada umumnya penyerbukan secara hidrogami terjadi pada tumbuhan air. Misalnya, hidrylla. Dengan bantuan aliran air, serbuk sari dari bunga jantan akan terbawa ke putik pada bunga betina, sehingga terjadilah proses penyerbukan.
c) Zoidiogami
Penyerbukan juga dapat terjadi dengan bantuan hewan tertentu. Penyerbukan ini disebut zoidiogami. Zoidiogami dibedakan menjadi entomogami, ornitogami, kiropterogami, dan malakogami.
Entomogami adalah penyerbukan yang prosesnya dibantu oleh serangga. Ciri-ciri tumbuhan yang penyerbukannya dibantu serangga yaitu bunganya memiliki bau yang khas, mahkota berwarna mencolok, dan mempunyai kelenjar madu. Ketiga ciri tersebut merupakan daya tarik bagi serangga untuk mendekat.
Ornitogami adalah penyerbukan yang prosesnya dibantu oleh burung. Penyerbukan ini terjadi pada bunga yang mengandung madu dan air. Burung yang membantu penyerbukan ini adalah burung pengisap madu, misalnya kolibri.
Kiropterogami adalah penyerbukan yang terjadi dengan bantuan kelelawar. Sedangkan malakogami adalah penyerbukan dengan bantuan siput.
d) Antropogami
Selain hewan, manusia juga bisa membantu proses penyerbukan. Hal ini sengaja dilakukan oleh manusia untuk membudidayakan tanaman agar dapat menghasilkan buah, sebab secara alamiah tanaman tersebut sulit menghasilkan buah. Tanaman vanili, merupakan jenis tanaman yang berhasil berbuah setelah dibantu penyerbukannya oleh manusia. Cara ini dinamakan antropogami.
2) Berdasarkan Asal Serbuk Sari
Pada proses penyerbukan, serbuk sari yang jatuh di kepala putik dapat berasal dari satu bunga, bunga yang berlainan dalam satu pohon, atau dari bunga pohon lain. Berdasarkan asal serbuk sari tersebut, penyerbukan dibedakan menjadi empat, yaitu autogami, geitonogami, alogami, dan bastar.
a) Autogami
Autogami adalah penyerbukan yang ditandai oleh serbuk sari yang jatuh pada kepala putik, berasal dari bunga yang sama. Jika terjadi pada bunga yang belum mekar disebut kleistogami. Autogami disebut juga penyerbukan sendiri.
b) Geitonogami
Geitonogami adalah penyerbukan yang ditandai oleh serbuk sari yang jatuh pada kepala putik, berasal dari bunga lain yang sepohon. Geitonogami disebut juga penyerbukan tetangga.
c) Alogami
Alogami adalah penyerbukan yang ditandai oleh serbuk sari yang jatuh pada kepala putik, berasal dari bunga lain yang berbeda pohon, tetapi masih dalam satu spesies. Alogami disebut juga penyerbukan silang.
d) Bastar
Bastar adalah penyerbukan yang ditandai oleh serbuk sari yang jatuh pada kepala putik, berasal dari bunga lain yang berbeda spesies.
b. Pembuahan
Setelah penyerbukan, serbuk sari akan mencapai sel telur. Selanjutnya terjadi pembuahan, yaitu peleburan sel kelamin jantan (sperma) dengan sel kelamin betina (ovum). Pembuahan disebut juga fertilisasi.
Pada tumbuhan biji dikenal adanya dua macam pembuahan, yaitu pembuahan tunggal dan pembuahan ganda. Pembuahan tunggal terjadi pada gymnospermae (tumbuhan biji terbuka), misalnya Pinus merkusii. Pembuahan ganda terjadi pada angiospermae (tumbuhan biji tertutup).
1) Pembuahan Tunggal pada Gymnospermae
Serbuk sari terdiri atas dua set, yaitu sel generatif yang bentuknya lebih kecil dan sel vegetatif yang bentuknya lebih besar dan hampir menyelubungi sel generatif. Serbuk sari yang sudah berada pada tetes penyerbukan akan di isap masuk ke dalam ruang buluh serbuk melalui lubang kecil yang disebut mikrofil. Serbuk sari yang berada dalam ruang buluh serbuk akan tumbuh membentuk buluh serbuk sari, kemudian bergerak menuju ruang arkegonium yang di dalamnya terdapat sel telur. Sementara itu, sel generatif membelah menjadi dua membentuk sel dinding (dislokator) dan sel spermatogen. Sel spermatogen membelah menjadi dua spermatozoid yang berbulu getar. Setelah buluh serbuk mencapai arkegonium, sel vegetatif lenyap, sel spermatozoid membuahi sel telur yang terdapat dalam ruang arkegonium membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi embrio.
2) Pembuahan Ganda pada Angiospermae
Serbuk sari yang sampai pada kepala putik akan melekat karena adanya zat yang dihasilkan kepala putik. Serbuk sari akhirnya tumbuh membentuk buluh serbuk sari. Di dalam buluh serbuk terdapat inti vegetatif, inti generatif I dan inti generatif II yang bergerak ke arah mikrofil. Setelah sampai di mikrofil inti vegetatif menghilang dan inti generatif II bertemu dengan inti kandung lembaga primer (ovum) membentuk zigot. Sedangkan inti generatif II bertemu dengan inti kandung lembaga sekunder membentuk endosperm yang bersifat triploid.
a. Penyerbukan
Sebelum terjadi pembuahan pada tumbuhan biji, terlebih dahulu terjadi peristiwa penyerbukan atau persarian (pollinast), yaitu sampainya serbuk sari pada kepala putik tumbuhan berbiji tertutup atau pada tetes penyerbukan tumbuhan berbiji terbuka. Penyerbukan dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan penyebab sampainya serbuk sari ke tujuan dan berdasarkan asal serbuk sari.
1) Berdasarkan Penyebab Sampainya Serbuk Sari pada Tujuan
Berdasarkan penyebab sampainya serbuk sari pada tujuan, penyerbukan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu anemogami, hidrogami, zoidiogami, dan antropogami.
a) Anemogami
Anemogami adalah penyerbukan yang terjadi dengan bantuan angin. Ciri-ciri bunga yang mengalami penyerbukan dengan bantuan angin ialah serbuk sari banyak dan ringan, tidak mempunyai perhiasan bunga, kepala putik besar, dan kedudukan serbuk sari bergantungan. Misalnya, alang-alang, padi, dan gandum.
b) Hidrogami
Hidrogami adalah penyerbukan yang terjadi dengan bantuan air. Pada umumnya penyerbukan secara hidrogami terjadi pada tumbuhan air. Misalnya, hidrylla. Dengan bantuan aliran air, serbuk sari dari bunga jantan akan terbawa ke putik pada bunga betina, sehingga terjadilah proses penyerbukan.
c) Zoidiogami
Penyerbukan juga dapat terjadi dengan bantuan hewan tertentu. Penyerbukan ini disebut zoidiogami. Zoidiogami dibedakan menjadi entomogami, ornitogami, kiropterogami, dan malakogami.
Entomogami adalah penyerbukan yang prosesnya dibantu oleh serangga. Ciri-ciri tumbuhan yang penyerbukannya dibantu serangga yaitu bunganya memiliki bau yang khas, mahkota berwarna mencolok, dan mempunyai kelenjar madu. Ketiga ciri tersebut merupakan daya tarik bagi serangga untuk mendekat.
Ornitogami adalah penyerbukan yang prosesnya dibantu oleh burung. Penyerbukan ini terjadi pada bunga yang mengandung madu dan air. Burung yang membantu penyerbukan ini adalah burung pengisap madu, misalnya kolibri.
Kiropterogami adalah penyerbukan yang terjadi dengan bantuan kelelawar. Sedangkan malakogami adalah penyerbukan dengan bantuan siput.
d) Antropogami
Selain hewan, manusia juga bisa membantu proses penyerbukan. Hal ini sengaja dilakukan oleh manusia untuk membudidayakan tanaman agar dapat menghasilkan buah, sebab secara alamiah tanaman tersebut sulit menghasilkan buah. Tanaman vanili, merupakan jenis tanaman yang berhasil berbuah setelah dibantu penyerbukannya oleh manusia. Cara ini dinamakan antropogami.
2) Berdasarkan Asal Serbuk Sari
Pada proses penyerbukan, serbuk sari yang jatuh di kepala putik dapat berasal dari satu bunga, bunga yang berlainan dalam satu pohon, atau dari bunga pohon lain. Berdasarkan asal serbuk sari tersebut, penyerbukan dibedakan menjadi empat, yaitu autogami, geitonogami, alogami, dan bastar.
a) Autogami
Autogami adalah penyerbukan yang ditandai oleh serbuk sari yang jatuh pada kepala putik, berasal dari bunga yang sama. Jika terjadi pada bunga yang belum mekar disebut kleistogami. Autogami disebut juga penyerbukan sendiri.
b) Geitonogami
Geitonogami adalah penyerbukan yang ditandai oleh serbuk sari yang jatuh pada kepala putik, berasal dari bunga lain yang sepohon. Geitonogami disebut juga penyerbukan tetangga.
c) Alogami
Alogami adalah penyerbukan yang ditandai oleh serbuk sari yang jatuh pada kepala putik, berasal dari bunga lain yang berbeda pohon, tetapi masih dalam satu spesies. Alogami disebut juga penyerbukan silang.
d) Bastar
Bastar adalah penyerbukan yang ditandai oleh serbuk sari yang jatuh pada kepala putik, berasal dari bunga lain yang berbeda spesies.
b. Pembuahan
Setelah penyerbukan, serbuk sari akan mencapai sel telur. Selanjutnya terjadi pembuahan, yaitu peleburan sel kelamin jantan (sperma) dengan sel kelamin betina (ovum). Pembuahan disebut juga fertilisasi.
Pada tumbuhan biji dikenal adanya dua macam pembuahan, yaitu pembuahan tunggal dan pembuahan ganda. Pembuahan tunggal terjadi pada gymnospermae (tumbuhan biji terbuka), misalnya Pinus merkusii. Pembuahan ganda terjadi pada angiospermae (tumbuhan biji tertutup).
1) Pembuahan Tunggal pada Gymnospermae
Serbuk sari terdiri atas dua set, yaitu sel generatif yang bentuknya lebih kecil dan sel vegetatif yang bentuknya lebih besar dan hampir menyelubungi sel generatif. Serbuk sari yang sudah berada pada tetes penyerbukan akan di isap masuk ke dalam ruang buluh serbuk melalui lubang kecil yang disebut mikrofil. Serbuk sari yang berada dalam ruang buluh serbuk akan tumbuh membentuk buluh serbuk sari, kemudian bergerak menuju ruang arkegonium yang di dalamnya terdapat sel telur. Sementara itu, sel generatif membelah menjadi dua membentuk sel dinding (dislokator) dan sel spermatogen. Sel spermatogen membelah menjadi dua spermatozoid yang berbulu getar. Setelah buluh serbuk mencapai arkegonium, sel vegetatif lenyap, sel spermatozoid membuahi sel telur yang terdapat dalam ruang arkegonium membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi embrio.
2) Pembuahan Ganda pada Angiospermae
Serbuk sari yang sampai pada kepala putik akan melekat karena adanya zat yang dihasilkan kepala putik. Serbuk sari akhirnya tumbuh membentuk buluh serbuk sari. Di dalam buluh serbuk terdapat inti vegetatif, inti generatif I dan inti generatif II yang bergerak ke arah mikrofil. Setelah sampai di mikrofil inti vegetatif menghilang dan inti generatif II bertemu dengan inti kandung lembaga primer (ovum) membentuk zigot. Sedangkan inti generatif II bertemu dengan inti kandung lembaga sekunder membentuk endosperm yang bersifat triploid.
Pembentukan Sel Kelamin
Sel kelamin terbentuk secara meiosis yang didahului oleh pembelahan mitosis. Pada proses mitosis, inti sel membelah menjadi dua inti anak. Sitoplasma juga terbagi menjadi dua sehingga sebuah sel membentuk dua sel yang masing-masing memiliki inti sel sendiri. Mitosis terjadi terus-menerus dengan stadium atau tahapan-tahapan tertentu, meliputi stadium interfase, stadium profase, stadium metafase, stadium anafase, dan stadium telofase.
Pada awal proses pembelahan sel secara mitosis, tampak inti sel berisi butir-butir kromatin dan sentriol masih dalam keadaan utuh. Tahap ini merupakan tahap pertama yang disebut stadium interfase.
Stadium profase ditandai dengan timbulnya gelendong-gelendong pembelahan yang memancar dari kutub ke kutub. Fase ini juga ditandai dengan Ienyapnya dinding inti dan nukleus, menebalnya benang-benang kromatin yang kemudian putus-putus membentuk kromosom. Kromosom tersebut membelah menjadi dua secara memanjang membentuk kromatid.
Stadium metafase ditandai dengan kromosom-kromosom yang terletak secara menyebar di bidang pembelahan. Berikutnya kromatid-kromatid saling melepaskan diri menuju ke kutub-kutub sel dan benang gelendong mulai lenyap. Keadaan ini disebut stadium anafase. Tahap terakhir dalam pembelahan niitosis adalah stadium telofase. Stadium ini ditandai dengan terbentuknya dua inti baru di kedua kutub dan terbentuk pula sekat yang membagi sel menjadi dua, masing-masing dengan sebuah inti dan sentriol.
Pembelahan mitosis dapat terjadi pada makhluk hidup bersel satu maupun makhluk hidup bersel banyak. Pada makhluk hidup bersel satu pembelahan mitosis merupakan cara reproduksi atau sebagai perkembangbiakan, sedangkan pada makhluk hidup bersel banyak merupakan cara pertumbuhan. Tidak semua jaringan pada tubuh makhluk hidup bersel banyak dapat melakukan pembelahan mitosis. Pembelahan mitosis hanya terjadi pada sel-sel jaringan embrional atau jaringan meristem, pada titik tumbuh yang berada di bagian ujung akar, batang, dan lingkaran kambium.
Pada proses pembelahan mitosis, jumlah kromosom sel hasil pembelahan dalam keadaan normal selalu tetap. Dalam hal ini jumlah kromosom dalam sel-sel tubuh makhluk hidup tersusun dalam susunan ganda atau diploid, yang sering dituliskan dengan tanda "2n".
Pembelahan sel secara meiosis terdiri atas dua kali pembelahan tanpa diselingi dengan interfase. Sebelum terjadi pembelahan pada profase pembelahan meiosis pertama terjadi duplikasi kromosom, kemudian pada tahap metafase dalam pembelahan meiosis pertama kromosom-kromosom hasil duplikasi berjajar berhadap-hadapan pada dua bidang pembelahan. Hasil pembelahan meiosis yang pertama adalah dua sel dalam keadaan metafase.
Pada pembelahan meiosis yang kedua dari masing-masing sel akan dihasilkan dua sel, sehingga pada akhir pembelahan meiosis yang kedua ini dihasilkan empat sel kelamin yang masing-masing memiliki kromosom haploid atau n kromosom, jumlahnya setengah dari kromosom sel asal.
Pembelahan meiosis yang menghasilkan sel kelamin betina disebut oogenesis. Pada manusia dan hewan betina, oogenesis terjadi di dalam ovarium, sedangkan pada tumbuhan biji berlangsung di dalam putik. Pembelahan meiosis yang menghasilkan sel kelamin jantan dinamakan spermatogenesis. Pada manusia dan hewan jantan, spermatogenesis terjadi di dalam testis, sedangkan pada tumbuhan biji berlangsung di dalam kotak serbuk sari.
Sel kelamin atau gamet merupakan faktor terpenting dalam proses perkembangbiakan generatif. Hal ini dikarenakan kunci penentu keberhasilan dari proses perkembangbiakan secara generatif diawali dari kualitas gamet.
Pada awal proses pembelahan sel secara mitosis, tampak inti sel berisi butir-butir kromatin dan sentriol masih dalam keadaan utuh. Tahap ini merupakan tahap pertama yang disebut stadium interfase.
Stadium profase ditandai dengan timbulnya gelendong-gelendong pembelahan yang memancar dari kutub ke kutub. Fase ini juga ditandai dengan Ienyapnya dinding inti dan nukleus, menebalnya benang-benang kromatin yang kemudian putus-putus membentuk kromosom. Kromosom tersebut membelah menjadi dua secara memanjang membentuk kromatid.
Stadium metafase ditandai dengan kromosom-kromosom yang terletak secara menyebar di bidang pembelahan. Berikutnya kromatid-kromatid saling melepaskan diri menuju ke kutub-kutub sel dan benang gelendong mulai lenyap. Keadaan ini disebut stadium anafase. Tahap terakhir dalam pembelahan niitosis adalah stadium telofase. Stadium ini ditandai dengan terbentuknya dua inti baru di kedua kutub dan terbentuk pula sekat yang membagi sel menjadi dua, masing-masing dengan sebuah inti dan sentriol.
Pembelahan mitosis dapat terjadi pada makhluk hidup bersel satu maupun makhluk hidup bersel banyak. Pada makhluk hidup bersel satu pembelahan mitosis merupakan cara reproduksi atau sebagai perkembangbiakan, sedangkan pada makhluk hidup bersel banyak merupakan cara pertumbuhan. Tidak semua jaringan pada tubuh makhluk hidup bersel banyak dapat melakukan pembelahan mitosis. Pembelahan mitosis hanya terjadi pada sel-sel jaringan embrional atau jaringan meristem, pada titik tumbuh yang berada di bagian ujung akar, batang, dan lingkaran kambium.
Pada proses pembelahan mitosis, jumlah kromosom sel hasil pembelahan dalam keadaan normal selalu tetap. Dalam hal ini jumlah kromosom dalam sel-sel tubuh makhluk hidup tersusun dalam susunan ganda atau diploid, yang sering dituliskan dengan tanda "2n".
Pembelahan sel secara meiosis terdiri atas dua kali pembelahan tanpa diselingi dengan interfase. Sebelum terjadi pembelahan pada profase pembelahan meiosis pertama terjadi duplikasi kromosom, kemudian pada tahap metafase dalam pembelahan meiosis pertama kromosom-kromosom hasil duplikasi berjajar berhadap-hadapan pada dua bidang pembelahan. Hasil pembelahan meiosis yang pertama adalah dua sel dalam keadaan metafase.
Pada pembelahan meiosis yang kedua dari masing-masing sel akan dihasilkan dua sel, sehingga pada akhir pembelahan meiosis yang kedua ini dihasilkan empat sel kelamin yang masing-masing memiliki kromosom haploid atau n kromosom, jumlahnya setengah dari kromosom sel asal.
Pembelahan meiosis yang menghasilkan sel kelamin betina disebut oogenesis. Pada manusia dan hewan betina, oogenesis terjadi di dalam ovarium, sedangkan pada tumbuhan biji berlangsung di dalam putik. Pembelahan meiosis yang menghasilkan sel kelamin jantan dinamakan spermatogenesis. Pada manusia dan hewan jantan, spermatogenesis terjadi di dalam testis, sedangkan pada tumbuhan biji berlangsung di dalam kotak serbuk sari.
Sel kelamin atau gamet merupakan faktor terpenting dalam proses perkembangbiakan generatif. Hal ini dikarenakan kunci penentu keberhasilan dari proses perkembangbiakan secara generatif diawali dari kualitas gamet.
Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, kjokken artinya dapur dan modding berarti sampah. Jadi, kjokkenmoddinger, artinya sampah dapur. Sampah dapur ini berupa bukit atau tumpukan kerang dan siput yang tinggi dan panjang serta telah menjadi fosil. Kjokkenmoddinger banyak ditemukan di daerah pantai Sumatra sebelah timur sampai ke wilayah Aceh. Hasilnya berupa bukit-bukit kerang, terbentuk dari sisa-sisa atau sampah dapur manusia purba yang umumnya berupa kulit kerang atau kulit siput. Tumpukkan sampah tersebut tingginya mencapai 4 — 7 meter.
Manusia purba pada masa ini memanfaatkan kerang dan siput sebagai makanan pokok. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sisa-sisa kulit kerang yang menumpuk. Keberadaan kjokkenmoddinger menunjukkan telah ada penduduk yang hidup di daerah pantai. Mereka mendiami rumah-rumah bertonggak atau gua-gua.
Selain bukit-bukit kerang, ditemukan jenis kapak genggam yang berbeda dengan kapak genggam dari zaman Paleolitikum. Kapak genggam Mesolitikum disebut pebble culture atau kapak Sumatra. Pebble dibuat dari batu kali yang dipecah atau dibelah. Sisi luarnya yang memang sudah halus dibiarkan, sedangkan sisi dalamnya (tempat belah) dikerjakan lebih lanjut, sesuai dengan keperluannya. Peralatan yang ditemukan hasilnya sudah lebih bagus daripada peralatan dari zaman Paleolitikum.
Selain pebble culture, ditemukan jenis hache courte atau kapak pendek. Bentuk hache courte atau kapak pendek kira-kira setengah lingkaran dan seperti kapak genggam. Kapak pendek dibuat dengan cara memukuli dan memecahkan batu serta tidak diasah. Sisi tajamnya terdapat pada sisi yang lengkung. Alat lainnya yang ditemukan berupa batu pipisan dan penggilingnya yang dimungkinkan untuk menggiling makanan dan menghaluskan cat merah. Hal ini dimungkinkan berhubungan dengan kebudayaan spiritual. Pendukung kebudayaan Mesolitikum diperkirakan termasuk dalam kelompok ras Papua Melanesia.
Tokoh yang mengadakan penyelidikan terhadap kjokkenmoddinger adalah Dr. P. V. van Stein Callenfels. Ia melakukan penyelidikan pada tahun 1925. Dr. P. V. van Stein Callenfels merupakan pelopor ilmu prasejarah di Indonesia, kemudian dikenal sebagai "Bapak Prasejarah Indonesia".
Manusia purba pada masa ini memanfaatkan kerang dan siput sebagai makanan pokok. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sisa-sisa kulit kerang yang menumpuk. Keberadaan kjokkenmoddinger menunjukkan telah ada penduduk yang hidup di daerah pantai. Mereka mendiami rumah-rumah bertonggak atau gua-gua.
Selain bukit-bukit kerang, ditemukan jenis kapak genggam yang berbeda dengan kapak genggam dari zaman Paleolitikum. Kapak genggam Mesolitikum disebut pebble culture atau kapak Sumatra. Pebble dibuat dari batu kali yang dipecah atau dibelah. Sisi luarnya yang memang sudah halus dibiarkan, sedangkan sisi dalamnya (tempat belah) dikerjakan lebih lanjut, sesuai dengan keperluannya. Peralatan yang ditemukan hasilnya sudah lebih bagus daripada peralatan dari zaman Paleolitikum.
Selain pebble culture, ditemukan jenis hache courte atau kapak pendek. Bentuk hache courte atau kapak pendek kira-kira setengah lingkaran dan seperti kapak genggam. Kapak pendek dibuat dengan cara memukuli dan memecahkan batu serta tidak diasah. Sisi tajamnya terdapat pada sisi yang lengkung. Alat lainnya yang ditemukan berupa batu pipisan dan penggilingnya yang dimungkinkan untuk menggiling makanan dan menghaluskan cat merah. Hal ini dimungkinkan berhubungan dengan kebudayaan spiritual. Pendukung kebudayaan Mesolitikum diperkirakan termasuk dalam kelompok ras Papua Melanesia.
Tokoh yang mengadakan penyelidikan terhadap kjokkenmoddinger adalah Dr. P. V. van Stein Callenfels. Ia melakukan penyelidikan pada tahun 1925. Dr. P. V. van Stein Callenfels merupakan pelopor ilmu prasejarah di Indonesia, kemudian dikenal sebagai "Bapak Prasejarah Indonesia".
Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong
Pacitan merupakan salah satu daerah di Jawa Timur. Kebudayaan Pacitan pertama kali ditemukan pada tahun 1935 oleh von Koenigswald. Jenis-jenis peralatan yang ditemukan di antaranya kapak genggam (chopper) atau alat penetak atau kapak perimbas. Alat ini belum bertangkai. Penggunaannya dengan cara digenggam, sehingga disebut kapak genggam. Cara pengerjaan kapak genggam masih sangat sederhana, sehingga hasilnya masih kasar. Kapak genggam digunakan untuk menumbuk biji-bijian, membuat serat-serat dari pepohonan, membunuh hewan buruan, atau sebagai senjata menyerang lawannya.
Berdasarkan lapisan geologi, diperkirakan peralatan kebudayaan Pacitan berasal dari lapisan Trinil (lapisan Plestosen Tengah). Pendukung kebudayaan ini diperkirakan manusia purba jenis Pithecanthropus erectus. Hasil kebudayaan Pacitan juga ditemukan di daerah lain di Indonesia, seperti Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatra Selatan).
Alat hasil kebudayaan Pacitan juga dapat berupa serpih (flakes). Alat serpih kemungkinan digunakan sebagai alat untuk menguliti liewan buruan, mengiris daging, dan memotong ubi-ubian. Flakes banyak ditemukan di Jawa, Sulawesi Selatan, dan Sumatra Selatan.
Secara sosial dapat disimpulkan bahwa pada masa kebudayaan Pacitan, masyarakatnya hidup secara berkelompok dan berpindah-pindah (nomaden). Selain itu, mereka melakukan berburu dan meramu untuk mendapatkan bahan makanan.
Kebudayaan Ngandong
Ngandong merupakan suatu daerah di dekat Ngawi, Jawa Timur. Di daerah ini ditemukan peralatan dari batu berupa kapak genggam. Di daerah ini juga ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk.
Peralatan dari kebudayaan Ngandong ditemukan oleh von Koenigswald pada tahun 1941. Peralatan dari tulang yang berfungsi sebagai alat penusuk banyak ditemukan di Gua Sampung. Peralatan ini kemungkinan dijadikan sebagai alat untuk menoreh ubi atau keladi dari dalam tanah.
Kebudayaan Ngandong adalah peralatan yang ditemukan di daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah. Peralatan yang dimaksud adalah flakes, yaitu peralatan dari batu kecil yang umumnya dari batu chalcedon. Batu chalcedon disebut juga batu api. Peralatan hasil kebudayaan Ngandong diperkirakan berasal dari lapisan Plestosen Atas. Pendukung hasil kebudayaan Ngandong adalah manusia purba jenis Homo soloensis dan Homo wajakensis.
Berdasarkan lapisan geologi, diperkirakan peralatan kebudayaan Pacitan berasal dari lapisan Trinil (lapisan Plestosen Tengah). Pendukung kebudayaan ini diperkirakan manusia purba jenis Pithecanthropus erectus. Hasil kebudayaan Pacitan juga ditemukan di daerah lain di Indonesia, seperti Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatra Selatan).
Alat hasil kebudayaan Pacitan juga dapat berupa serpih (flakes). Alat serpih kemungkinan digunakan sebagai alat untuk menguliti liewan buruan, mengiris daging, dan memotong ubi-ubian. Flakes banyak ditemukan di Jawa, Sulawesi Selatan, dan Sumatra Selatan.
Secara sosial dapat disimpulkan bahwa pada masa kebudayaan Pacitan, masyarakatnya hidup secara berkelompok dan berpindah-pindah (nomaden). Selain itu, mereka melakukan berburu dan meramu untuk mendapatkan bahan makanan.
Kebudayaan Ngandong
Ngandong merupakan suatu daerah di dekat Ngawi, Jawa Timur. Di daerah ini ditemukan peralatan dari batu berupa kapak genggam. Di daerah ini juga ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk.
Peralatan dari kebudayaan Ngandong ditemukan oleh von Koenigswald pada tahun 1941. Peralatan dari tulang yang berfungsi sebagai alat penusuk banyak ditemukan di Gua Sampung. Peralatan ini kemungkinan dijadikan sebagai alat untuk menoreh ubi atau keladi dari dalam tanah.
Kebudayaan Ngandong adalah peralatan yang ditemukan di daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah. Peralatan yang dimaksud adalah flakes, yaitu peralatan dari batu kecil yang umumnya dari batu chalcedon. Batu chalcedon disebut juga batu api. Peralatan hasil kebudayaan Ngandong diperkirakan berasal dari lapisan Plestosen Atas. Pendukung hasil kebudayaan Ngandong adalah manusia purba jenis Homo soloensis dan Homo wajakensis.
Langganan:
Postingan (Atom)