Sabtu, 07 Mei 2016

Kjokkenmoddinger

Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, kjokken artinya dapur dan modding berarti sampah. Jadi, kjokkenmoddinger, artinya sampah dapur. Sampah dapur ini berupa bukit atau tumpukan kerang dan siput yang tinggi dan panjang serta telah menjadi fosil. Kjokkenmoddinger banyak ditemukan di daerah pantai Sumatra sebelah timur sampai ke wilayah Aceh. Hasilnya berupa bukit-bukit kerang, terbentuk dari sisa-sisa atau sampah dapur manusia purba yang umumnya berupa kulit kerang atau kulit siput. Tumpukkan sampah tersebut tingginya mencapai 4 — 7 meter.
Manusia purba pada masa ini memanfaatkan kerang dan siput sebagai makanan pokok. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sisa-sisa kulit kerang yang menumpuk. Keberadaan kjokkenmoddinger menunjukkan telah ada penduduk yang hidup di daerah pantai. Mereka mendiami rumah-rumah bertonggak atau gua-gua.
Selain bukit-bukit kerang, ditemukan jenis kapak genggam yang berbeda dengan kapak genggam dari zaman Paleolitikum. Kapak genggam Mesolitikum disebut pebble culture atau kapak Sumatra. Pebble dibuat dari batu kali yang dipecah atau dibelah. Sisi luarnya yang memang sudah halus dibiarkan, sedangkan sisi dalamnya (tempat belah) dikerjakan lebih lanjut, sesuai dengan keperluannya. Peralatan yang ditemukan hasilnya sudah lebih bagus daripada peralatan dari zaman Paleolitikum.
Selain pebble culture, ditemukan jenis hache courte atau kapak pendek. Bentuk hache courte atau kapak pendek kira-kira setengah lingkaran dan seperti kapak genggam. Kapak pendek dibuat dengan cara memukuli dan memecahkan batu serta tidak diasah. Sisi tajamnya terdapat pada sisi yang lengkung. Alat lainnya yang ditemukan berupa batu pipisan dan penggilingnya yang dimungkinkan untuk menggiling makanan dan menghaluskan cat merah. Hal ini dimungkinkan berhubungan dengan kebudayaan spiritual. Pendukung kebudayaan Mesolitikum diperkirakan termasuk dalam kelompok ras Papua Melanesia.
Tokoh yang mengadakan penyelidikan terhadap kjokkenmoddinger adalah Dr. P. V. van Stein Callenfels. Ia melakukan penyelidikan pada tahun 1925. Dr. P. V. van Stein Callenfels merupakan pelopor ilmu prasejarah di Indonesia, kemudian dikenal sebagai "Bapak Prasejarah Indonesia".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar