Pada masa praksara, manusia purba sudah dapat menghasilkan suatu kebudayaan tersendiri. Oleh karena itu, kebudayaan merupakan suatu hasil peradaban sejak manusia ada. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa Sanskerta budaya yang berarti budi atau akal. Kebudayaan dikatakan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Kebudayaan menyangkut perkembangan cipta, rasa, dan karsa dalam rentang waktu cukup lama.
Terdapat berbagai cara untuk mempelajari dan menelaah suatu kebudayaan pada masa lampau. Soekmono membuatkan periodisasi berdasarkan arkeologi untuk menelaah kembali mengenai perkembangan kebudayaan manusia. Arkeologi adalah bahan-bahan berupa peninggalan hasil kebudayaan. Soekmono mengelompokkan zaman prasejarah berdasarkan hasil kebudayaan menjadi dua, yaitu zaman batu dan zaman logam.
a. Zaman batu
Zaman batu merupakan suatu periode yang peralatan dalam kehidupannya menggunakan alat dari batu. Peralatan dari bahan batu merupakan contoh hasil kebudayaan manusia purba yang bertahan sampai sekarang. Batu merupakan bahan yang dapat bertahan lama dibandingkan peralatan dari bahan kayu ataupun bambu. Kebudayaan batu dapat dikelompokkan menjadi empat zaman, yaitu Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum.
b. Zaman logam
Zaman logam diperkirakan berlangsung tahun 300 SM. Zaman logam sebenarnya terbagi dalam tiga bagian, yaitu zaman tembaga, perunggu, dan besi. Namun, kebudayaan logam di Indonesia langsung dimulai dari bahan perunggu ke bahan besi. Hasil kebudayaan tembaga umumnya berupa periuk dan belanga. Namun, di Indonesia hasil kebudayaan tembaga tidak banyak ditemukan. Kebudayaan perunggu merupakan logam campuran antara tembaga dan timah. Contoh kebudayaan perunggu adalah jenis nekara dan kapak corong. Alat-alat tersebut banyak ditemukan di Indonesia. Puncak kebudayaan pada zaman logam adalah digunakannya peralatan dari besi. Peralatan yang digunakan, di antaranya mata pisau, kapak, cangkul, dan tombak. Ciri-ciri kehidupan pada zaman logam, yaitu sudah menetap, mengenal teknologi perundagian, dan mengenal perdagangan barter.
Pada zaman logam, teknik pembuatan logam dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik a cire perdue dan bivalve.
1) Teknik a cire perdue
Teknik a cire perdue diawali dengan membuat bentuk benda yang dikehendaki menggunakan lilin. Setelah model dari lilin terbentuk, cetakan ditutup dengan menggunakan tanah serta dibuat lubang dari atas dan bawah. Setelah itu, cetakan dibakar, sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah mencair dan keluar melalui lubang bagian bawah. Melalui lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu. Apabila sudah dingin, cetakan tersebut dipecah, sehingga keluarlah benda yang dikehendaki.
2) Teknik bivalve
Teknik bivalve disebut juga dengan teknik setangkup. Teknik ini dilakukan dengan cara menangkupkan dua cetakan yang telah disiapkan. Berbeda dengan teknik a cire perdue, cetakan teknik bivalve dapat digunakan berulang-ulang.
Zaman logam memiliki kaitan yang erat dengan kebudayaan Dongson. Hal ini dikarenakan banyak ditemukan barang-barang dari perunggu di daerah Dongson. Dongson merupakan wilayah di Tonkin, Vietnam. Kebudayaan Dongson juga berpengaruh di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar